English English Indonesian Indonesian
oleh

Kerajaan Gowa: Peperangan, Cinta, dan Pengungsian Terekam dalam Novel Gadis Portugis Karya Mappajurungi Manan

Salah satu karaeng yang masih berjuang melawan musuh adalah karaeng Caddi yang ditemani oleh Pengawal setianya serta kekasihnya Elis dan adik perempuannya, Andi Basse. Karaeng dengan pasukannya melawan Belanda dan sekutunya, namun, dengan kekuatannya yang tak memadai membuat Karaeng Caddi harus mundur dan melakukan pengungsian di wilayah lain. Pada akhirnya Karaeng Caddi, Elis, Andi Basse, pengawal setianya, serta lima ratus rakyat lainnya mengikuti pelajaran Karaeng Candi menuju Banoa. Setelah sampai di Banoa, Lurah wilayah tersebut tidak dapat memberikan tempat untuk membuat pemukiman kepada Karaeng Caddi dan pengikutnya karena sudah tidak ada lahan yang kosong, sehingga Lurah menyarankan untuk menuju ke wilayah timur melewati Bima. Karaeng Caddi pun mulai berlayar ke timur dan menemukan tempat di pesisir pantai yang diberi nama pantai Makassar.

Kisah masa lampau peperangan antara kerajaan Gowa dan Belanda yang ditulis ulang dengan cerita yang epik oleh Mappajarungi Manan membuat pembaca tertarik untuk mengetahui sejarah panjang kejayaan dan kekalahan kerajaan Gowa. Wacana kolonialisme dan imperialisme kembali dihadirkan dalam novel Gadis Portugis. Yang mana kolonial Belanda berhasil mengambil alih pemerintahan pada kerajaan Gowa yang runtuh dalam peperangan tahun 1666-1669. Belanda juga menguasai perekonomian wilayah maritim dan merugikan kerajaan Gowa dan sekutunya. Wacana imperialisme dihadirkan oleh Belanda melalui kekuatan Arung Palakka yang memiliki dendam terhadap Sultan Gowa yang telah menghukum mati orang tuanya sehingga hal ini dapat menguntungkan Belanda. Selain hal-hal di atas, kehadiran teks karya sastra ini sebagai bentuk mengenang kekuatan besar kesatrian Gowa-Bugis-Makassar.  (*)

News Feed