English English Indonesian Indonesian
oleh

Kerajaan Gowa: Peperangan, Cinta, dan Pengungsian Terekam dalam Novel Gadis Portugis Karya Mappajurungi Manan

OLEH: Ipa Bahya

            Ketertarikan gadis Bima yang memiliki darah percampuran Bima-Bugis-Arab ini terhadap sejarah, budaya, dan sastra masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Bugis-Makassar menghantarkan ia menggali lebih dalam hal yang berkaitan dengan wilayah Bugis-Makassar. Ia terkesan dengan sebuah novel yang ditulis oleh Mappajurungi Manan pada 2011. Ia mendapatkan novel tersebut pada tahun 2023 namun berhasil dibaca dalam kurun 3 hari pada tahun 2024.

Lembaran demi lembaran kisah yang tertuang dalam novel ini memberikan kesan yang sangat mendalam dan istimewa. Pada tahun 1664 Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh I Mallombassi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin yang didampingi oleh sembilan dewan (Bate Salapang) mengatur sistem kerajaan. Namun pada tahun tersebut kerajaan Gowa mengalami pengkhianatan dari Arung Palakka yang memihak kepada koloni Belanda. Tahun 1666 peperangan makin memanas terjadi di wilayah kekuasaan kerajaan Gowa baik di darat maupun di laut. Para raja kerajaan kecil yang menjadi sekutu kerajaan Gowa dibuat pusing oleh keberpihakan Arung Palakka terhadap Belanda yang ingin menguasai perdagangan Internasional pada wilayah maritim kekuasaan Gowa. Kegentingan yang terjadi membuat seluruh raja-raja sekutu memperkuat benteng pertahanan di setiap wilayah.

Novel Gadis Portugis dengan tokoh utama Karaeng Caddi, anak Karaeng Palangga. Seorang kesatria di medan perang harus meninggalkan istana kerajaan untuk menimbah ilmu pada Tuan Guru Abdul Fattah, sahabat ayahnya. Karaeng Caddi harus merantau ke Paneki, Wajo, untuk berguru dan menimba ilmu. Karaeng Caddi terpaksa harus meninggalkan kampung demi titah ayahandanya untuk belajar. Karaeng Caddi juga harus meninggalkan kekasihnya, Elis, Gadis Portugis yang setia menunggu dan menyayanginya.

News Feed