English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengelola Risiko Ekonomi Global 2024

Hingga Nopember 2023, inflasi AS hanya sekitar 3,1 persen, terendah dalam lima bulan terakhir. Penurunan inflasi AS disebabkan oleh menurunnya biaya energi, yaitu biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) turun sekitar 8,9 persen dan harga gas juga turun 10,4 persen. Meskipun demikian, harga bahan makanan AS masih mengalami kenaikan.

Tren positif inflasi AS mendorong The Fed mempertahankan FFR sekitar 5,25 – 5,5 persen pada Desember 2023. Sejalan dengan tren inlfasi yang semakin baik, diperkirakan pada tahun 2024, FFR akan mengalami penurunan sekitar 0,75 persen (75 bps). Penurunan FFR diperkiran dimulai pada kuartal kedua tahun 2024.

Perkiraan perekonomian AS tahun 2024 akan tumbuh sekitar 1,4 – 1,5 persen setelah sebelumnya tahun 2023 tumbuh lebih tinggi sekitar 2,1 – 2,6 persen. Hal ini akan berdampak terhadap prospek perekonomian global tahun 2024 yang diperkirakan masih mengalami tekanan pelambatan pertumbuhan.

Lalu apa dampaknya terhadap Indonesia? Tekanan terhadap perekonomian global, khususnya AS berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia dengan sejumlah risiko yang berkaitan dengan suku bunga, inflasi, dan biaya utang tinggi.

Hal ini mendorong Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan, seven days repo rate. Kebijakan suku bunga acuan BI dimaksudkan untuk mengurangi tekanan capital outflow yang akan menakan nilai tukar rupiah.

Kabar baik bagi nilai tukar rupiah pada kuartal kedua 2024, FFR diperkirakan akan mengalami penurunan yang akan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Terdapat p;otensi penguatan rupiah dari posisi saat ini, pada semester pertama 2024, sejalan dengan proyeksi The Fed akan menurunkan FFR.

News Feed