English English Indonesian Indonesian
oleh

Indonesia Pasca-Pemilu: Pesan Moral untuk Menciptakan Kedamaian

Jika pasangan yang kalah pada hakikatnya sedang diuji Tuhan, maka pasangan capres yang menang juga sedang dicoba dengan kekuasaan. Hakikat kemenangan bukanlah ketika manusia mampu memenangkan sebuah pertarungan, tetapi kemampuan untuk mempertahankan prestasi dan menjaga integritas dirinya setelah pertarungan usai.

Dibanding dengan pasangan yang mengalami kekalahan, beban pasangan yang menang dalam Pilpres jauh lebih berat karena harus memikul sejumlah amanah rakyat yang diberikan kepadanya. Beban yang dihadapi begitu rumit dan kompleks. Di tengah dunia mengalami krisis global, janji perbaikan ekonomi, pemberantasan kemiskinan, makan siang gratis, penanggulangan pengangguran, mutu pendidikan dan kesehatan serta tersedianya lapangan kerja harus direalisasikan.  Masyarakat pasti menagih janji-janji politik yang pernah disampaikan di saat kampanye yang lalu. Dengan demikian, baik yang kalah maupun yang menang, sesungguhnya masing-masing dalam posisi terhormat, dengan catatan masing-masing saling menghargai dan menghormati.

Pilpres itu seperti pertandingan tinju. Ketika sebuah perhelatan tinju akbar akan digelar, para pelatih dan sejumlah tim sukses memberikan masukan kepada sang petinju agar mampu memenangkan pertandingan. Tidak jarang terjadi perang urat saraf antar kedua tim dan sesumbar untuk saling mengalahkan. Bahkan sejumlah pengamat mencoba memprediksi siapa yang bakal keluar sebagai pemenang. Ketika gong ditabuh, dua orang petinju saling beradu strategi untuk memenangkan pertandingan. Pukulan demi pukulan terkadang membuat muka memar, berdarah bahkan knock down. Jika kekalahan telak (knockdown), maka sudah dipastikan tidak ada klaim kemenangan pada dua pihak, akan tetapi jika pertandingan berakhir hingga 12 ronde, biasanya kedua petinju (kedua tim) merasa yakin dan mengklaim dirinya akan menang, meski keputusan wasit belum diumumkan.

News Feed