English English Indonesian Indonesian
oleh

Subtansi Pilpres pada Proses (Tanggapan Balik untuk M Qasim Mathar)

Pseudo-event

Opini penonton sulit dimanipulasi bahwa skornya yang nol bisa mencetak 5 gol untuk menang. Pendukung yang kalah pun tentu memiliki opini kesebelasannya pasti kalah. Terdapat dua kesalahan (kesesatan) analogi M Qasim Mathar ketika menjadikan skor sepak bola berbanding tingkat ketinggian survei agar mengikuti saja hasil survei tertinggi, karena mustahil terkejar dengan sisa waktu sedikit sebagaimana dalam sepak bola pada kesebelasan dengan skor 4-0. Dengan sisa waktu pertandingan 5 menit.

Pertama, menganalogikan skor sepak bola dengan perolehan nilai survei tidaklah apple to apple. Betapa tidak, karena nilai skor sepak bola adalah fakta riil yang bersifat ajek dan disaksikan langsung. Sementara hasil survei adalah refleksi persepsi publik yang rentan bersifat asumsi yang tidak jarang berbeda dengan realitas di lapangan.

Daniel J. Boorstin menyebutnya pseudo-event (The Image: A Guide to Pseudo-Events in America; 1961). Pseudo-event mengacu pada peristiwa yang diciptakan atau dipromosikan terutama untuk mendapatkan perhatian media dan menciptakan citra atau naratif tertentu.

Pseudo-event itu akan membentuk gambaran di setiap kepala (pictures in our heads) sebagaimana yang diistilahkan oleh Walter Lippmann, seorang ahli tentang opini publik. Dalam konteks ini, Lippmann membahas tentang bagaimana manusia membentuk pemahaman mereka tentang dunia melalui gambaran mental atau citra yang mereka miliki, daripada melalui pengalaman langsung.

Menurut Lippmann, masyarakat sering kali mengandalkan “pictures in our heads” atau gambaran mental karena tidak mungkin untuk mengalami langsung setiap aspek dunia. Orang cenderung membentuk pandangan mereka berdasarkan informasi yang mereka terima melalui media, persepsi sosial, dan konstruksi mental lainnya.

News Feed