English English Indonesian Indonesian
oleh

PSM Juara

Begitu dipastikan PSM juara Liga-1 2022-2023, grup WA sudah melaporkan keramaian di beberapa kawasan Makassar. Saya kebetulan Jumat malam itu berada di Makassar — saya menyempatkan diri keluar dari rumah di kawasan Pettarani dan melihat keramaian itu. Euforia kemenangan begitu terasa. Kegembiraan begitu meluap-luap. Saya mengenang 48 tahun lalu — ketika di tahun 1992, PSM menjadi juara perserikatan 1991/1992. Kebetulan saya ikut di pesawat yang sama dengan Tim PSM dari Jakarta. Sepertinya seluruh penduduk kota turun ke jalan. Kendaraan nyaris tak bergerak.

Membuat perjalanan dari bandara menuju ke kota harus dilewati berjam-jam. Juara yang sudah dinanti sejak tahun 1967. Harian Kompas menuliskan headline — setelah 25 Tahun menanti. Jumat kemarin setelah juara Liga Indonesia 23 tahun lalu — di musim kompetisi 1999/2000 — PSM memastikan kembali menajdi juara.

Status juara PSM ini melahirkan begitu banyak meme, video yang menjadi viral karena mempertanyakan belum terbangunnya stadion baru di Kota Makassar. Semua berisi gugatan kepada Gubernur Sulsel hingga Wali Kota Makassar — terkait mengapa tak ada keseriusan untuk membangun kembali Stadion Mattoanging atau menyelesaikan masalah dan bangunan fisik stadion Barombong. Ada juga yang coba menjelaskan, terkait masalah ‘permasalahan hukum yang dihadapi lahan stadion’ dsbnya. Tapi semuanya tak bisa meredakan gugatan netijen yang terus bertanya, “Mengapa ada kota yang begini besar, begini tua tapi tak punya stadion?”

**
Di grup WA diskusi soal PSM begitu ramai. Membahas soal stadion yang tak dimulai-mulai pembangunanannya. Sampai bagaimana ‘pengorbanan’ kelompok bisnis Bosowa membiayai perjalanan PSM yang sekarang dinahkodai Sadikin Aksa dan Munafri ‘Appi’ Arifuddin.

PSM bukan kegiatan yang memberikan keuntungan. Tapi kata seseorang di grup WA, Pak JK berpesan kepada putranya Solihin dan anak-anak Pak Aksa Mahmud, jangan sampai PSM tidak ikut kompetisi. Meski tidak terlibat langsung, kelompok Haji Kalla juga ikut menopang perjalanan PSM.

Bagaimana pun PSM di kompetesi ini awalnya adalah kesebelasan yang tidak diperhitungkan akan menjadi juara. Harian Kompas menggambarkannya sebagai, “From zero to hero, kira-kira begitulah istilah yang tepat menggambarkan perjalanan PSM Makassar menjuarai Liga 1 2022-2023. Dari tim yang semula tak diperhitungkan, PSM Makassar berubah menjadi mesin kemenangan.

PSM memulai Liga 1 2022-2023 dengan predikat sebagai tim yang nyaris terdegradasi pada musim sebelumnya. Siapa sangka PSM malah melampaui ekspektasi dan keluar sebagai yang terbaik musim ini. Musim lalu, tim beralias Juku Eja mereka mengalami masalah internal sehingga nyaris turun ke Liga 2 dengan hanya meraih delapan kemenangan. Mereka mengoleksi 38 poin, alias hanya unggul dua poin dari Persipura Jayapura yang terdegradasi. Target yang dipasang manajemen juga sangat sederhana, yakni tim mencatat prestasi lebih baik daripada musim 2021-2022.”
Kekurangan pemain senior, ternyata membawa ‘berkah’ bagi PSM.

Menurut Husain Abdullah, skill yang merata, usia muda dan minim pengalaman membuat pemain PSM mudah ditempa memainkan suatu sistem permainan oleh Tavarez. Punya satu-dua pemain yg kualitas bagus seperti Pluim dan Yuran serta Sayuri bersaudara, tetapi lainnya adalah pemain muda yg tidak percaya diri bermain individu. Kelemahan ini yg oleh Tavarez diolah jadi kekuatan. Jika bertabur bintang — mungkin Tavarez sulit mengatur para pemain.

**
Euforia PSM juara mungkin tidak terlalu berkepanjangan karena ‘sepakbola’ Indonesia belum selesai meratapi batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia. Setelah suasana ‘Juara Liga’ berakhir, para suporter kembali akan ‘meratapi’ lahan stadion Mattoanging merekaa yang masih menjadi kubangan terlantar. Terlalu sulit berharap, ada gagasan lain untuk mencari lahan lain untuk membangun stadion sepakbola baru bagi warga kota ini.**

News Feed