English English Indonesian Indonesian
oleh

Mekanisme Tes Narkotika Calon Pengantin, Awas Positif Palsu

Hal berbeda lainnya adalah dari segi teknis pelaksanaan tes narkotika. Tak seperti tes-tes kesehatan lainnya yang hanya butuh surat persetujuan pasien, individu yang akan diambil sampel urinenya mesti melewati proses tanya jawab(anamnesa) terlebih dahulu dengan tenaga medis terlatih narkoba. Anamnesa tersebut meliputi antara lain makanan, minuman ataupun obat-obatan yang dikonsumsi dalam kurun waktu 3 hari terakhir.

Tahapan ini didasari oleh fakta bahwa beberapa obat dan makanan dapat menimbulkan hasil “positif  palsu”, seakan-akan individu tersebut telah mengkonsumsi narkoba. Beberapa obat-obatan yang dapat menimbulkan hasil tersebut antara lain adalah obat flu yang mengandung pseudoefedrin, antibiotika golongan quinolon(ciprofloxacin) serta Ranitidine(obat asam lambung).

Pemeriksa juga patut berhati-hati pada Orang Dengan HIV AIDS(ODHA) yang rutin mengkonsumsi obat-obatan antiretroviral seperti Evapirenz. Sebuah riset di Jerman mengungkap dari 50 orang ODHA yang minum Evapirenz, 49 orang positif palsu narkoba jenis ganja(Blank et al, 2009). Hasil anamnesa ini sangat berguna untuk mengecek silang(cross check) pada individu-individu yang positif, agar terhindar dari kemungkinan kekeliruan pembacaan hasil.

Jika proses di atas selesai, dilanjutkan ke tahap pengambilan sampel. Dengan membawa botol sampel yang masih kosong, individu dipersilahkan untuk masuk ke dalam toilet yang hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar yang dijaga aparat. Ia harus masuk sendirian tak boleh ditemani siapapun. Hal ini untuk mencegah tertukarnya sampel urine baik disengaja maupun tidak sengaja.  Selepas tahap ini, individu yang dites akan menyerahkan botol sampel yang telah terisi sembari menandatangani absensi berita acara.

News Feed