Oleh: Dr M Yusuf Alfian Rendra Anggoro KR SE MM*
Gaya kepemimpinan sangat berkaitan dengan karakter. Kemampuan mengelola diri pijakan awalnya.
Kepemimpinan strategis adalah sebuah bentuk atau gaya kepemimpinan yang muncul untuk menjawab tantangan dalam organisasi yang makin cepat berubah karena perkembangan zaman. Banyak pemimpin yang memiliki keahlian operasional matang untuk mempertahankan status quo organisasi. Namun, tidak banyak dari mereka yang punya aspek krusial: pengalaman, pengetahuan, serta kepercayaan diri dalam menghadapi masalah kompleks dan menantang.
Indonesia yang sedemikian luas wilayahnya dan memiliki keberagaman budaya serta agama membutuhkan sosok pemimpin yang punya wawasan kebangsaan dan mampu memberdayakan rakyat. Perjalanan kepemimpinan di Indonesia sejak merdeka dari penjajahan kolonial telah melahirkan pemimpin yang beragam model dan gaya dari masa ke masa.
Kita pernah memiliki sosok pemimpin yang dijuluki sebagai The Founding Father, yaitu Sukarno yang juga lebih akrab dengan sebutan sebagai solidarity maker dan nation builder (Orde Lama).Juga ada Suharto yang waktu itu dikenal sebagai Bapak Pembangunan dengan julukan market builder (Orde Baru). Selanjutnya mengusung jargon dan agenda baru, yaitu demokratisasi yang dimulai oleh BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Sampai hari ini yang masih aktif adalah Presiden Joko Widodo.
Dalam suasana sosial-politik seperti saat ini, mungkin sosok presiden yang diperlukan mirip kapten sepak bola yang berperan sebagai play-maker. Ibarat peran dari seorang kapten kesebelasan, mereka mesti memberdayakan dan menyinergikan para pemain sehingga serangan berlangsung solid, terarah, dan efektif. Perlu dicatat, sehebat apa pun play-maker, jika pemain lain tidak berkualitas, serangan juga akan tumpul. Jadi, sangat diperlukan sebuah team-work yang bagus dengan leadership yang andal.
