English English Indonesian Indonesian
oleh

Minat Rendah Belajar Bahasa Inggris di Kalangan Gen Z; Mencari Alternatif Solusi Kreatif

Oleh: Syafa Awaliah*

As a generation that grew up with technological advances, they have great potential to master this global language. But, how can we arouse their interest and make the learning process more interesting?

Minat rendah belajar bahasa Inggris di kalangan Generasi Z merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam dunia pendidikan saat ini. Bahasa Inggris, sebagai bahasa global, memiliki peran vital dalam menghubungkan individu dengan dunia luar dan membuka peluang dalam berbagai bidang kehidupan.

Sayang, tampaknya sebagian besar Generasi Z menunjukkan minat yang kurang terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Beberapa faktor mungkin menjadi penyebabnya, dan penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah ini serta menawarkan solusi yang efektif.

Kita perlu menyadari bahwa Generasi Z tumbuh dalam era yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, dan paparan informasi yang cepat telah membentuk cara pandang mereka terhadap dunia, termasuk pendidikan.

Bahasa Inggris sebagai bahasa global memang menjadi kebutuhan, but how can we overcome the challenge of motivating them to learn it?

Sebenarnya, masih banyak Generasi Z yang tertarik belajar bahasa Inggris, akan tetapi minat untuk mempelajari lebih dalam sangatlah minim, seperti yang diucapkan salah seorang mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Reski Putri Amalya. “Tertarik-ka bahasa Inggris, tapi sebenarnya agak malas-ka belajar karena kalau belajar-ka suka (sering) terpeleset sendiri lidah-ku”.

Generasi Z menunjukkan minat yang kuat terhadap pembelajaran bahasa Inggris, namun mereka menghadapi kendala yang signifikan, khususnya dalam aspek pronunciation (pengucapan) dan pemahaman makna yang beragam untuk setiap kata. Meskipun memiliki antusiasme untuk menguasai bahasa global ini, banyak dari mereka merasa sulit menangkap nuansa pengucapan yang benar.

Mereka merasakan kesulitan dalam mengartikan makna yang kompleks dan bervariasi dari kata-kata dalam konteks yang berbeda.

“Sebenarnya tertarik sekali-ka dan mau sekali-ka pintar berbahasa Inggris, tapi antara penulisan dan pengucapannya agak sulit kupahami karena beda, kan, yang tertulis dan cara pengucapannya. Itu juga kalau berbicara-ki sama orang pakai bahasa Inggris, kan, misalnya you’re welcome artinya sama-sama, sedangkan you itu, kan, artinya kamu, tapi kalau disambung jadi satu kalimat artinya sama-sama, jadi susah sekali kupahami kurasa,” ucap Irawati, mahasiswi Jurusan Manajemen, UIN Alauddin Makassar. 

Bikin Frustrasi

Kendala ini mungkin menciptakan rasa frustrasi dan tantangan tambahan dalam perjalanan mereka menuju penguasaan bahasa Inggris yang lebih mendalam. Salah satu aspek yang perlu dicermati adalah koneksi antara materi pembelajaran bahasa Inggris dengan kehidupan sehari-hari Generasi Z.

Membuat pembelajaran relevan dengan kepentingan dan realitas mereka dapat menjadi kunci untuk meningkatkan minat. Mengintegrasikan konten yang berbasis tren atau topik yang sedang populer di kalangan generasi ini ke dalam kurikulum dapat memberikan pemahaman bahwa bahasa Inggris tidak hanya berada di dalam ruang kelas, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, metode pembelajaran juga perlu disesuaikan dengan karakteristik Generasi Z. Mereka lebih terbiasa dengan teknologi dan memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi ketika pembelajaran dilakukan melalui media digital. Penggunaan aplikasi mobile, e-learning platform yang interaktif, atau bahkan elemen permainan dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka.

Pendekatan yang inovatif ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan gaya belajar generasi ini. Peran guru juga menjadi faktor penting dalam mengatasi minat rendah ini. Guru perlu memainkan peran sebagai fasilitator pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga dapat memahami kebutuhan dan minat individu siswa.

Menciptakan kelas inklusif, yang setiap siswa merasa dihargai dan didukung, dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar bahasa Inggris. Dukungan personal dari guru dapat menciptakan hubungan yang kuat antara siswa dan pembelajaran bahasa Inggris.

Alasan Penting

Ada pun aspek lain yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya kemampuan berbahasa Inggris pada era globalisasi. Generasi Z perlu memahami bahwa penguasaan bahasa Inggris bukan hanya sebagai tuntutan kurikulum, melainkan memiliki peran penting yang meluas dalam kehidupan modern.

Pertama, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat komunikasi global, membuka pintu untuk kolaborasi lintas budaya, pertukaran ide, dan kerja sama internasional. Kedua, penguasaan bahasa Inggris membuka akses terhadap sumber daya pendidikan, literatur, dan informasi global yang berlimpah. Ketiga, dalam dunia pekerjaan, kemampuan berbahasa Inggris menjadi aset berharga, membuka peluang karier yang lebih luas, dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Kesemuanya ini menunjukkan bahwa belajar bahasa Inggris tidak hanya sebagai keterampilan tambahan, tetapi juga sebagai investasi penting dalam pengembangan pribadi dan profesional.

Menurut Siswa SMK Negeri 5 Makassar, Muhammad Adrian, “Bahasa Inggris itu penting untuk self-improvement, entah itu seperti mempermudah mengakses informasi berbasis internasional”.

Hal sama juga dikatakan oleh Syafitri Saharuddin, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Alauddin Makassar, “Saya sangat tertarik mempelajari bahasa asing salah satunya Bahasa Inggris karena urgensinya begitu besar untuk masa depan jika kita ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi, mendapatkan beasiswa pun kita diwajibkan memiliki keahlian bahasa Inggris. Begitu pentingnya mempelajarinya, tapi entah mengapa saya belum bisa untuk mempelajari lebih dalam akan hal tersebut.”

Saling Dukung

Perlu diakui bahwa mengatasi masalah ini tidaklah mudah. Diperlukan kerja sama antara pihak pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan. Kebijakan pendidikan yang mendukung pengembangan kurikulum yang inovatif dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman perlu diterapkan.

Pelibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran di rumah juga memiliki dampak besar terhadap minat belajar Bahasa Inggris anak-anak mereka. Dalam menghadapi permasalahan ini, dapat diambil inspirasi dari praktik-praktik terbaik di berbagai negara yang telah berhasil meningkatkan minat belajar bahasa Inggris di kalangan Generasi Z.

Misalnya, penerapan program-program kreatif, seperti pertunjukan budaya, pertukaran pelajar internasional, atau proyek kolaboratif dengan siswa dari berbagai negara, dapat memberikan pengalaman belajar yang mendalam dan menginspirasi.

Menemukan pendekatan holistik memainkan peran kunci dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris di kalangan Gen Z. Membangun koneksi antara materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan gaya belajar mereka, serta melibatkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang memotivasi, menjadi langkah-langkah yang krusial.

Selain itu, peningkatan kesadaran akan pentingnya kemampuan berbahasa Inggris pada era global juga memiliki dampak positif. Dengan memperkuat kerja sama antara pihak pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat, diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menginspirasi dan mendukung, menjadikan belajar bahasa Inggris sebagai perjalanan yang bermakna dan relevan bagi Generasi Z dalam menghadapi tantangan global masa depan. (*)

*Penulis merupakan mahasiswi magang dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

News Feed