English English Indonesian Indonesian
oleh

Makassar: Krisis Lingkungan hingga Darurat Sampah

Oleh: Rahmatullah
Kader HMI

Sampah menjadi masalah yang serius dari dahulu hingga sekarang, sampah yang dibuang lama-kelamaan akan menumpuk dan merusak lingkungan seperti halnya di Tempat pembuangan Akhir (TPA) Antang. Masalah besar yang akan dihadapi Makassar adalah tidak mampunya mengendalikan sampah domestik maupun hasil industri hingga akan melahirkan pencemaran air dan udara hingga menimbulkan banjir.

Kota Makassar yang dipaksa dijuluki sebagai kota metaverse sungguh berbanding terbalik dengan kondisi yang dialami masyarakat Kelurahan Antang, Kec. Manggala, yang notabenenya sebagai TPA yang tidak mampu lagi dikendalikan atau over kapasitas. Ini menimbulkan aroma tidak sedap yang rawan akan masyarakat terkena penyakit.

*
Diketahui bahwa kesadaran masyarakat terhadap penggunaan sampah plastik sangat rendah di Kota Makassar. Hal ini menyebabkan produksi sampah setiap tahun semakin sulit dikendalikan dan sulit terurai. Tambahan sulitnya terurai, Kota Makassar juga belum memiliki industri pabrik daur ulang atau pemusnahan sampah.

Meskipun Wali Kota mencetuskan program “Makassar Tidak Rantasa” untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan peduli terhadap lingkungan, namun program ini belum terealisasi dengan baik. Sekitar 60 persen masyarakat Kota Makassar masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kegagalan dalam menuntaskan Program “Makassar Tidak Rantasa” tecermin dari fakta bahwa Kota Makassar tidak pernah lagi mendapatkan Piala Adipura.

Saya ingin menarik perhatian pembaca pada sisi lain Kota Makassar yang sering terabaikan. Tidak hanya sebagai kota metaverse atau kota wisata dengan Pantai Losari yang indah dan ragam kuliner di Center Point Indonesia, tetapi juga sisi kelamnya yang harus diperhatikan. Pikiran masyarakat berubah menjadi Makassar Tidak Rantasa tapi bottok ki.

News Feed