English English Indonesian Indonesian
oleh

Suatu Malam di Makkah Saudi

Ada suatu malam yang menarik akhir Ramadan lalu di Makkah Saudi Arabia. Mungkin ini kegiatan ibadah tarawih dengan jumlah jemaah terbesar yang pernah ada. Sebagaimana dilaporkan Khaleej Times: Nearly 2.5 million worshippers pray at Makkah’s Grand Mosque on 27th Ramadan. Sejak sore hari setelah salat Jumat dua pekan lalu — sekitar 160 pintu mulai ditutup untuk memasuki Masjidil Haram Makkah. Pelataran Kabah yang bisa sekitar 80 ribu jamaah — sebagaimana yang terlihat di saluran khusus TV Saudi — sejak sore itu sudah kelihatan padat dan mereka yang bertawaf bergerak dengan sangat lambat. Pelataran di kawasan masjid juga sudah dipadati pengunjung. Semua jalanan di kawasan.

Salat tarawih di Masjidil Haram — terdiri dari 10 rakaat setelah salat Isya. Biasanya selesai pukul 10 malam. Setelah pukul 12 malam — salat tarawih dilanjutkan dengan 8 rakaat dan ditambahkan 3 rakaat salat witir. Rakaat terakhir witir biasanya diisi dengan membacakan doa/qunut yang memakan waktu 20-30 menit. Terutama di malam ke-27 yang dibacakan oleh Imam Masjidil Haram yang paling legendaris Abdul Rahman Al-Sudais. Ia membacakan doa dengan berbagai macam topik. Di antaranya memohon perlindungan bagi bangsa Palestina. Dilaporkan oleh Khaleej Times Sudais di Sabtu dinihari itu antara lain membacakan doa, “Oh Allah, Grant victory to our brothers in Palestine and free them from the occupation of the Jewish Oppressors. Oh Allah, protect Al-Aqsa Mosque from the aggression of the aggressors, and grant us a prayer in it before death.”

Saking banyaknya jemaah yang diprediksi — jumlah tahunan yang selalu berulang — sekitar 17.000 karpet besar dipasang di seluruh kawasan masjid. Untuk menjaga kebersihan kawasan masjid, tempat pengambilan air wudhu dan toilet — sekitar 12.000 staf disiapkan dengan ratusan peralatan pembersih termasuk berbagai kendaraan pembersih. Selain mobil mini untuk mengepel dan menyapu semua kawasan, ratusan ‘golf car’ disiapkan untuk membantu pergerakan orang yang berusia lanjut dari titik satu ke titik lainnya.

**
Mengapa malam ke-27 dan malam lain di 10 hari terakhir Ramadan? Ada hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu anha, “Rasulullah sangat bersungguh – sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim).

Dari hadis tersebut, terlihat keutamaan semangat beribadah Rasulullah saw. di 10 hari terakhir Ramadan. Bahkan sosok Rasulullah saw. yang sangat dijamin masuk surga oleh Allah Swt., justru lebih giat beribadah demi meraih ridha-Nya. Salah satu dari banyaknya keutamaan 10 hari terakhir bulan Ramadan adalah turunnya malam Lailatulqadar, malam yang mulia dan mempunyai nilai lebih dari 1.000 bulan. Dalam QS Al-Qadr ayat 2-3 Allah Swt. berfirman: “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” Rasulullah saw. (HR Bukhari) menyatakan: “Carilah Lailatulqadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, pada malam yang kesembilan tersisa, malam yang ketujuh tersisa, malam yang ke lima tersisa.”

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Qadar ayat 5 yang berbunyi, “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Lailatulqadar adalah malam yang sangat indah bagi umat muslim. Pada malam itu, umat muslim tidak hanya diliputi keberkahan tapi juga kesejahteraan.

Mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa ada ratusan ribu orang dari seluruh penjuru dunia dan jutaan lainnya penduduk Makkah, Jeddah hingga Riyadh yang datang memenuhi ruang-ruang di dalam dan sekitar Masjidil Haram. Melaksanakan salat dan memanjatkan doa dan munajatnya. Maha besar Allah Swt. Ramadan berikutnya setahun lagi. Semoga kita bisa berada di Masjidil Haram atau sekitarnya di Makkah Saudi sana. ***

News Feed