English English Indonesian Indonesian
oleh

Keluarga Sebut Banyak Keanehan di Balik Tewasnya Arfandi

“Sesak napas dari mananya mereka bilang? Luka-luka di badannya banyak sekali,” tutur Mukkram.

Mukkram juga tak bisa menahan nada suaranya bilamana ada anggota yang klaim sebab meninggal akibat sesak nafas atau adanya perlawanan. “Omong kosong itu pak. Pembohong semua itu, mereka rekayasa. Pembelaan mereka saja. Tidak ada keluarga saya yang ada keturunan penyakit itu. Sering olahraga juga,” ucap Mukkram lagi.

Tak hanya sesak napas, pelbagai fakta kematian sesungguhnya, tak benar apa yang diungkap pihak kepolisian. Banyak pernyataan yang melenceng dari fakta sebenarnya. “Mulai dari barang bukti, lalu hasil tes urine. Bagaimana mungkin orang meninggal bisa mereka tes urine. Kenyataannya, anak saya ini setengah mati dipukul,” katanya lagi.

Belum lagi, saat dikabarkan ditangkap oleh anggota kepolisian. Beberapa keanehan pun rasakan. Mulai dari penangkapan, pukul 02.30 Wita dan informasi yang baru ia terima sekitar pukul 10.00 Wita, Minggu, 15 Mei.

Kematian anak pertama dari empat bersaudara ini tak diterima sang ayah dari informasi kepolisian. Kabar itu didapatkan melainkan dari kenalan keluarganya sendiri saat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.

“Jujur saya tidak benci polisinya. Tapi oknum itu yang memukul anak saya. Apa yang mau mereka sembunyikan, semua badan anak saya biru,” tutur Mukkram.

Hingga detik ini pun, hasil visum belum Mukkram terima. Alasannya, butuh waktu tiga hari setelah kematian, baru bisa diberikan kepada keluarga. Mukkram juga membantah bukan tidak ingin melakukan upaya autopsi. Hanya saja, polisi terkesan tertutup sehingga dirinya berpikir untuk langsung kebumikan jenazah anaknya.

News Feed