English English Indonesian Indonesian
oleh

Syekh Yusuf Al-Makassari: Mufti Kesultanan Banten

OLEH: Abd Rahman Hamid
Dosen Sejarah dan Sekretaris Prodi S2 Filsafat Agama UIN Lampung / Alumni UNM

Puncak kejayaan Kesultanan Banten pada masa Ageng Tirtayasa (1651–1682). Banten tumbuh menjadi kota pelabuhan dunia dan pusat dakwah Islam di Nusantara. Reputasinya setara dengan Kesultanan Aceh dan Kesultanan Makassar. Di balik kejayaan itu ada peranan ulama besar asal Makassar, Syekh Yusuf Al-Makassar Tuanta Salamaka.

Syekh Yusuf (usia 38 tahun) tiba di Banten pada tahun 1664, setelah menunaikan ibadah haji dan lebih 10 tahun belajar dan mengajarkan agama Islam di Mekkah. Ketika ia di sana, jamaah Banten menyaksikan kedudukan Yusuf di antara para ulama dan memperkenalkan dirinya kepada rakyat Banten. Karena itu, ia kemudian dipanggil oleh Sultan Tirtaysa untuk memperkuat barisannya menghadapi Belanda.

Kehadiran Yusuf sangat diharapkan oleh Sultan Banten untuk menyiarkan Islam. Hal itu disebut dalam Lontara Gowa, bahwa “Dengan hormat kebesaranmu aku bermohon di bawah telapak kakimu, tinggallah engkau di negeri di sini di negeri Banten mengajari kita tentang keislaman karena satu-satunya yang kita harapkan hanya Tuan”. Maka, berkatalah Tuanta, “Wahai Pangeran, engkau telah memuji Allah dan telah menghormati Rasulullah karena sebab saya. Saya gembira sekali karena engkau telah menyayangiku. Adapun kedatanganku ke negeri Banten adalah karena keinginanku menyebarkan ilmu Allah dan melaksanakan dengan syariat Nabi Saw. Berkata Pangeran, “Wahai Tuan, dengan kehadiran Tuan di negeri Banten, maka semua penduduk akan mengikutimu dan akan tunduk di bawah telapak kakimu”. Berkata Tuanta, “Baiklah, Maka tinggallah Tuanta Salama di negeri Banten. Berita ini terdengar ke mana-mana pada setiap negeri (Manyambeang, 2014).

News Feed