English English Indonesian Indonesian
oleh

Belajar dari Masjid al-Istiqamah

Selain kebutuhan dukungan dana yang besar, pengelolaan buka puasa yang rapi dan teratur ini adalah satu pembelajaran keteraturan. Tentu berbeda pada pelayanan makan pada acara keramaian yang lain, pelayanan buka puasa itu berlangsung singkat dan pada waktu yang sama. Bila jumlahnya tidak seberapa atau seperti jumlah di rumah makan tentu tidaklah merepotkan, tapi yang buka puasa di sana jumlahnya sangat ramai. Jadi setiap buka puasa, terlihat seperti adanya pengantin anak “raja,” apalagi tendanya terlihat eksklusif. Segera menjelang shalat tarawih, semua sudah bersih tanpa meninggalkan bekas sampah sedikitpun.

Yang ingin saya katakan, keteraturan yang diciptakan pengurus Masjid Citraland adalah satu pembelajaran. Siapa yang berada di balik keteraturan itu? Pertama panitia yang sigap dengan pola kerja yang terukur, meskipun panitianya tidak begitu banyak. Kedua, Ibu-Ibu Majelis Taklim kompleks Citraland sangat kompak turun gelanggang mengatur penyediaan logistik buka puasa. Ketiga, faktor jamaah buka puasa. Jamaah berkontribusi besar bagi hadirnya ketertiban. Jamaah buka puasa sudah mengkondisikan diri untuk tertib. Mereka sudah dibentuk oleh kondisi ketertiban di lingkungan Masjid. Proses keteraturan berfungsi secara kultural.

Pengurus masjidnya mempersilahkan siapa saja yang datang pada acara buka puasa tanpa pernah memandang latar belakang sosial seseorang. Masjid yang berada di kompleks perumahan kelas menengah, sama sekali tidak menampakkan kelas sosial para jamaahnya. Terlebih lagi, pengurusnya sangat matang dalam mengelolah perbedaan pandangan sosial, politik, dan keagamaan para jamaahnya.

News Feed