Bahayakan Demokrasi
Sama halnya dengan tulisan pada kolom edisi Sabtu (20/1/2024) yang berjudul: “Kenapa Satu Putaran”. Salah satu reasoning-nya adalah agar hemat biaya. Memaksakan pemilu satu putaran dengan alasan hemat biaya dapat membahayakan demokrasi karena hal itu dapat mengurangi ruang bagi variasi pandangan politik dan mengorbankan representasi yang lebih akurat.
Proses pemilu yang sehat seharusnya memungkinkan warga untuk menyuarakan preferensi mereka dengan cermat, tanpa dibatasi oleh pertimbangan biaya semata. Para ahli ilmu politik, di antaranya Larry Diamond, Fareed Zakaria, dan Robert Dahl menyatakan bahwa demokrasi (pemilu) yang berkualitas tidak bisa dikalkulasi dengan biaya yang murah. Demokrasi bukanlah barang murahan.
Sementara itu ajakan untuk memilih paslon yang tertinggi persentase elektabilitas (yang diketahui lewat relis hasil survei) lazimnya menjadi ranah tim sukses atau lembaga survei yang menjadi konsultan paslon. Tidak etis dukungan diserukan oleh seorang intelektual. Di samping itu, menyerukan agar publik memilih paslon berdasarkan siapa yg memiliki tingkat elektabilitas survei tertinggi, sama halnya membunuh kemandirian publik untuk memilih secara mandiri berdasarkan penilaian objektivitas masing-masing.
Seruan itu telah mengintervensi nalar pilihan publik hingga pada saat pencoblosan. Berbeda halnya jika sekiranya M Qasim Mathar secara terselubung telah menjadi tim sukses dari salah satu paslon yang diuntungkan atas persentase elektabilitas survei yang tertinggi sebelum waktu pencoblosan.