English English Indonesian Indonesian
oleh

Efek Bandwagon dan Isu Satu Putaran (Catatan Kritis atas Kolom M Qasim Mathar)

Dalam studi ilmu sosial politik, ajakan dan kecendrungan untuk memilih paslon dengan tingkat elektabilitas tertinggi disebut bandwagon effect alias efek bandwagon. Efek bandwagon adalah fenomena kala orang cenderung mengikuti tindakan atau pandangan mayoritas karena ingin menjadi bagian dari kelompok yang dominan atau populer, bukan karena keyakinan atau pertimbangan pribadi.

Ini sering terjadi ketika seseorang merasa tekanan sosial untuk “melompat ke dalam gerbong” yang sedang tren atau dianggap populer. Ilmuwan seperti Solomon Asch dan Kurt Lewin telah menyumbangkan pemikiran tentang teori konformitas, yang terkait dengan fenomena seperti efek bandwagon.

Efek bandwagon dapat memiliki dampak negatif terhadap demokrasi karena cenderung mengarah pada konformitas tanpa pertimbangan yang mendalam terhadap isu-isu politik yang kritis. Pemilih mungkin memilih untuk mengikuti mayoritas tanpa mempertimbangkan pilihan mereka secara kritis. Ini dapat merugikan demokrasi yang sehat.

Manipulasi Opini

Ada sejumlah alasan demokrasi tak sehat ketika efek bandwagon ini terjadi. Pertama, kurangnya pemikiran kritis dari pemilih karena tidak melakukan evaluasi yang cermat terhadap kandidat atau isu-isu politik yang terkait. Kedua, rentan terjadinya manipulasi opini publik, sebab kandidat atau kelompok tertentu dapat memanfaatkan efek bandwagon untuk memanipulasi opini publik dan menciptakan kesan bahwa pilihan mereka lebih populer daripada yang sebenarnya.

Ketiga, terjadi polarisasi yang tidak sehat, lantaran efek bandwagon dapat memperkuat polarisasi dalam masyarakat. Pemilih cenderung mengikuti kelompok mereka sendiri tanpa membuka diri terhadap perspektif atau pandangan yang berbeda.

News Feed