English English Indonesian Indonesian
oleh

Efek Bandwagon dan Isu Satu Putaran (Catatan Kritis atas Kolom M Qasim Mathar)

Keempat, terjadi ketidakstabilan perilaku pemilih, karena dukungan yang berasal dari efek bandwagon dapat bersifat fluktuatif dan tidak stabil. Itu sangat bergantung pada tren atau popularitas saat itu, bukan pada keyakinan atau nilai-nilai yang kokoh.

Pemilih mungkin cenderung mengikuti mayoritas tanpa pertimbangan mendalam terhadap isu-isu politik atau pertimbangan pribadi. Hal ini dapat mengurangi tingkat kedewasaan politik dalam proses pemilihan.

Pada akhirnya, efek bandwagon dapat mengurangi kedewasaan politik dalam proses demokratis dan mengarah pada keputusan yang mungkin kurang reflektif dan substansial. Dengan demikian biarlah publik memutuskan sendiri pilihannya secara mandiri dan objektif tanpa harus diprovokasi untuk ikut arus efek bandwagon dengan alasan efisiensi atau semacamnya.

Biarlah pemilih kita memilih berdasarkan hati nurani dan akal sehatnya berdasarkan konfrontasi/konfirmasi realitas faktual politik di lapangan. Itulah hakikat pendidikan politik. Kalau hasil pemilu akhirnya menunjukkan hanya satu putaran, sepanjang itu berlangsung secara jujur dan adil tanpa ada kecurangan, kenapa tidak.

Yang tidak sehat itu, jika memaksakannya dengan hanya satu putaran saja. Kita sudah pernah menjalani pemilu dua putaran pada Pilpres 2004. Kala itu aman-aman serta baik-baik saja proses dan hasilnya yang dimenangkan oleh SBY-JK. Wallahualam bissawab. (*/zuk)

News Feed