English English Indonesian Indonesian
oleh

Debat Perdana, Capres Diharap Lebih Pertajam Gagasan

FAJAR, MAKASSAR-Debat perdana yang digelar di kantor KPU RI, tiga calon presiden (capres) terlibat aksi saling sindir. Meski demikian, secara keseluruhan debat berlangsung semarak dan hangat. Ketiganya, Anies Baswedan. Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. 

Pengamat politik Unhas, Adi Suryadi Culla mengatakan, ketiga capres patut diberikan apresiasi terhadap penampilannya dalam debat pertama ini. Terutama untuk topik yang mengangkat isu-isu sensitif yang saling dimunculkan, seperti MK, orang hilang, dan peradilan HAM.

Termasuk kasus Kanjuruhan dengan kilometer 50,  lalu isu polusi udara di Jakarta. “Semua isu itu memang masih menjadi kontroversial yang selama ini menjadi perdebatan dan polemik selama ini. Itu dimunculkan dan membuat debat yang seru,” katanya.

Jadi secara keseluruhan, debat sudah cukup seru. Meskipun ada persoalan yang masih perlu dipertajam, termasuk terkait teknis debat.

“Misalnya soal live yang tersendak-sendak yang membuat dalam setiap jeda terlalu lama. Itu persoalan teknis,” katanya.

Kemudian, isu-isu sensitif yang ditanyakan juga belum tuntas dijawab. Misalnya ketika Anies ditanya soal polusi, kemudian Ganjar soal pupuk, dan Prabowo ditanya soal HAM.

Lalu kenaikan masing-masing calon belum tereksplor. Posisi masing-masing dalam sebuah isu, misalnya dari lima sub tema itu belum secara tajam menunjukan keunikan. “Jadi keunikan masing-masing mungkin ke depan perlu dipertajam lagi,” katanya.

Termasuk berkaitan dengan program, khususnya berkaitan dengan tema. Itu belum tereksplor secara tajam.

Sebab esensi debat yang ditunggu adalah berkaitan dengan adu program dan gagasan. “Kesimpulannya seru. Tapi masih perlu mengesplore keunikan masing-masing calon,” pungkas Adi.

Analis politik Unhas, A Ali Armunanto menilai debat capres diawali dengan cukup bagus. Setiap capres mencoba menonjolkan wawasan mereka tentang masalah-masalah yang terjadi dan cara menyelesaikannya.

Ketiga capres menghadirkan tiga pendekatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Prabowo lebih ke pendekatan yang lebih inpramental atau menanggapi persoalan yang ada sekarang mulai diatasi dengan baik dan tinggal hanya dikembangkan.

Sementara Anies lebih banyak mengkritisi persoalan hukum dan keadilan. Begitu juga dengan Ganjar dengan mengungkap akses politik dan segala macam.

Walaupun menurut Ali, ada beberapa momen yang perlu di garis bawahi. Misalnya, saling serang antara Anies dengan Prabowo. “Anies dan Prabowo sempat terbawa emosi hingga saling serang argumen,” ujarnya.

Terlepas dari itu, masing-masing capres dinilai punya kekuatan. Prabowo punya data-data yang sangat bagus dan digunakan menyanggah pernyataan Anies dan Ganjar. Lalu Anies, unggul secara konseptual.

Kemudian Ganjar lebih banyak mengelaborasi pengalaman -pengalamannya di pemerintahan dan bertemu masyarakat. “Jadi masing-masing punya kekuatan yang bisa dipertimbangkan orang. Anies kuat di wacana, Prabowo kuat di data, dan Ganjar kuat di deskripsi pengalamannya,” kata Ali.

Menariknya, Prabowo bisa memberi jawaban-jawaban yang konkret dalam debat ini. Sementara Anies dan Ganjar cenderung menempatkan diri pada sudut oposisi.

Tetapi overall, debat ini cukup menarik. Hanya saja, visi misi dan programnya tidak terlalu tajam diuraikan.

“Harapannya kedepan bahwa penguraian visi dan misinya itu lebih konkret lagi, bukan hanya menjawab persoalan, tetapi bagaimana program-program ditawarkan untuk menjawab persoalan itu,” harapnya.

Memang ada beberapa ada yang ditawarkan seperti Anies, tetapi lebih banyak mengungkap masalah-masalah yang ada. Sementara masalah korupsi, HAM misalnya dan segala macam mereka hanya berwacana saja, tidak ada program yang ditawarkan.

“Padahal itu yang mau kita dilihat dari visi misi itu. Apa sih misalnya solusi terhadap masalah HAM dan jawaban masalah korupsi,” pungkas Ali.

Jadi visi-visinya tidak dielaborasi ke level program. Padahal itu yang ditunggu. Apakah cukup mampu mempengaruhi pemilih ? Menurut Ali, debat ini secara performa mungkin mempengaruhi pemilih. Di mana Ganjar yang tampil kalem, Anies yang mempertontonkan kecerdasan, lalu Prabowo yang menunjukkan sifat tegasnya dan kadang-kadang melucu.

Itu sudah bisa membentuk preferensi pemilih, tetapi untuk pemilih cerdas belum. Mengapa, karena mereka berharap mau mendengarkan tawaran-tawaran program untuk mengatasi semua masalah-masalah yang dikemukakan oleh panelis. (mum/*)

News Feed