English English Indonesian Indonesian
oleh

100 Ribu Rumpon Kelilingi Pesisir Sulsel

FAJAR, MAKASSAR-Rencana pengadaan rumpon oleh Pemprov Sulsel terinspirasi dari suksesnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba meningkatkan produksi ikan para nelayan di TPI Bonto Bahari. Rencananya, tahun ini akan diperadakan sekira 5.000 unit rumpon.

Itu merupakan langkah awal dari target Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin yang bercita-cita membuat seatbelt rumpon sebanyak 100 ribu unit mengelilingi pesisir Sulsel.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel, M Ilyas menerangkan, sebanyak 19 kabupaten/kota menjadi target sasaran pengadaan rumpon. Prioritasnya daerah yang punya pesisir pantai/laut. “Misalnya daerah Sinjai, Selayar, Pangkep, Bantaeng, intinya wilayah yang memang migrasi ikan,” kata Ilyas, Senin, 9 Oktober.

Program ini bermuara pada peningkatan produksi ikan tangkap para nelayan yang selama ini semakin lama semakin menjauh dari pesisir pantai, akibat rusaknya terumbu karang. Sehingga, pengadaan rumpon seperti yang telah diterapkan Pemda Bulukumba selama ini mesti ditiru dan disupport.

Pihaknya sudah mendorong Pemda atau Dinas perikanan setempat untuk ikut menganggarkan pengadaan rumpon. Itu paling tidak membantu rencana Pemprov Sulsel dalam pengadaan 100 ribu unit untuk tahun anggaran 2024. Termasuk juga peran swasta dalam memberikan CSR untuk pengadaan rumah ikan itu.

“Kita sudah rapat dengan kabupaten juga kepala dinas kelautan dan perikanan di Makassar kemarin sudah Koordinasi untuk mendorong mereka segera mengusulkan anggaran masing-masing daerah untuk melaksanakan program 100 ribu rumpon ini,” terang Ilyas.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba, Yusli Sandi memaparkan, sejak tahun 2020 Pemda Bulukumba sudah memperadakan 400 unit rumpon di wilayah pesisir Bulukumba.

Secara statistik peningkatan produksi ikan para nelayan meningkat. Diketahui, TPI Bonto Bahari Bulukumba menjadi salah satu paling produktif pada semester pertama dengan 190 ton produksi dan nilai produksi Rp5,4 miliar.

“Ada juga perhitungan dari PDRB yang awalnya hanya Rp1,5 triliun untuk perikanan sekarang sudah Rp2 triliun lebih semenjak adanya itu (rumpon). Kan BPS yang hitung jadi lebih independen,” tukas Yusli saat dikonfirmasi FAJAR, Senin, 9 Oktober.

Ia akui situasi saat ini para nelayan akan sangat sulit memproduksi ikan dengan banyak jika tanpa bantuan rumpon. Biaya produksi para nelayan juga menurun dengan adanya rumah ikan itu.

Harga satu unit rumpon kata ia berkisar Rp12 juta hingga Rp20 juta bergantung pada jenisnya. Jenis rumpon bergantung pada kedalaman laut. “Komponen paling mahal dalam rumpon itu adalah tali,” jelasnya.

Yusli menganggap target pengadaan 5.000 unit rumpon tahun ini di sepanjang wilayah Sulsel sangat realistis. Apalagi, kata ia, rumpon tidak bersifat permanen dan berpotensi rusak sehingga perlu pembaharuan berkala.

“Ada yang bertahan sampai sembilan tahun, tapi ada juga yang malah satu hari sudah putus. Karena ini kan kondisi alam. Kalau misalnya jumlahnya 5.000 tidak bisa dipastikan semua bertahan sampai lima tahun atau berapa,” ungkapnya. Kata ia, ada perawatan khusus yang diberikan pada rumpon. Salah satunya penggantian daun kelapa yang menjadi pengundang ikan berdatangan. (uca/ham)

News Feed