English English Indonesian Indonesian
oleh

Jejak Langkah Chaidir Syam

Tak kalah menariknya, Bupati Maros menjadi aktivis sejak mahasiswa, sebagai Sekum HIMAPEM Fisip Unhas (1998). Sepak terjang aktivis tentu merujuk referensi dalam melakoni diri sebagai pemimpin. Ciri yang  menonjol adalah watak dirinya tidak malu bertanya kepada siapa pun dalam pengambilan keputusan. Kepiawaian menjalankan dirinya sebagai pemimpin sehingga keputusan itu berimplikasi kepada kebaikkan. Bahkan pengangkatan pegawai dan pejabat di lingkungan  Pemkab Maros,  beliau bertanya kepada Sekda dan SKPD terkait. Ada Pak Sekda, Andi Davied? Kepala BKD, Andi Sri Wahyuni? Itu artinya, sebagai orang paham pemerintahan, bertanya dan melibatkan tim kerjanya sebagai suatu keharusan melibatkan pejabat berkompeten. Beliau tahu teori dan praktik pemerintahan, apalagi pola pikir sebagai Alumni Pemerintahan Fisip Unhas. (hal 114-117).

Sebagai  seorang  pemimpin dalam kiprahnya selalu menerima saran dan kritikkan (lihat hal 117). Kata Chaidir : “ Saya Berusaha mendengar, suara apa pun itu. Suara pujian, suara kritikan, sekali ada suara makian. Itu Biasa, konsekuensi menjadi pemimpin. Suara-suara rakyat itu saya dengarkan, kemudian dianalisis, dan jadi bahan untuk mengambil keputusan”.

Sementara itu, konsekuensi kepemimpinan yang dilakoni antara Bupati-Wakil Bupati dan segenap aparat di Maros telah menjadikan diri dan tim “The winner Togather”.  

Terkhusus,  penghargaan Adipura,  diterima langsung   Bupati Chaidir Syam di Gedung Manggala Wanabhakti, Selasa, 28 Februari 2023 Jakarta. Sekadar catatan  bahwa di Sulsel hanya 2 daerah mendapat Adipura,  hanya Kota Maros dan Parepare. Piala Adiura ini merupakan reward bagi kota-kota di Indonesia yang mengelola lingkungan perkotaan dan bidang kebersihan.

News Feed