English English Indonesian Indonesian
oleh

Pertunjukan “To’dopuli di Negeri Siam”, Representasi Simbolik Perjuangan Daeng Mangalle

Akhirnya para pasukan Daeng Mangalle melakukan ikrar (angngaru) secara bergantian. Daeng Mangalle pun berseru: “Dengar, semua! Genderang perang di Negeri Siam telah ditabuh. Dentuman meriam menggetarkan bumi. Asap mesiu berkobar membakar langit! Mari kita terjun ke medan perang fisabilillah! Sekali kita turun perang, kita harus menang. Kalau pun kalah, harus kalah secara jantan. Syahid fisabilillah. Kun Fayakun! To’dopuli! Semua pasukan berseru: Toddopuli!!!”

Secara kilat, dari 4 penjuru mata angin muncul pasukan Daeng Mangalle, laki-laki dan perempuan dengan kecepatan tinggi dan keras, yang menggambarkan perang pasukan tobarani Makassar melawan pasukan Siam secara simbolik.

Pasukan Daeng Mangalle, masing-masing dikelompokkan menjadi enam pasukan, yaitu pasukan tombak, pasukan Badik, pasukan Balira, pasukan Parang, pasukan Maggiridan pasukan Pakarena, dengan ragam gerak dan ragam komposisi serta masing-masing kelompok membawa panji-panji perang menyerbu panggung sebagai ruang medan perang melawan pasukan Siam.

Di tengah perang habis-habisan itu, pasukan Daeng Mangalle tewas dengan 5 tombak dari pasukan Siam tertancap di tubuhnya. Tubuh Daeng Mangalle dan tubuh-tubuh pasukannya menjelma monumen keberanian dan kemanusiaan sebagai simbol siri’ na pacce (harga diri dan kehormatan) orang Makassar.

Raja Siam dan pasukannya (diperankan oleh penari Siam) berdiri di sudut panggung dalam ekspresi sedih penuh penyesalan. Seakan mereka memohon maaf atas kebejatan perang yang diciptakannya. Lalu panggung hening. Sepi. Cahaya pelan redup, menyesuaikan dengan komposisi pasukan yang berada di atas panggung termasuk menyesuaikan dengan video mapping. Musik memadukan music modern dan music tradisi Makassar menggambarkan kesedihan dan ketabahan. Video mapping menggambarkan kesedihan.

News Feed