Para pendukung ini merupakan mahasiswa dari Program Studi Sendratasik dan Program Studi Seni Tari Jurusan Seni Pertunjukan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, Teater Kampus FSD UNM, DE Art Studio FSD UNM, serta beberapa seniman dari Teater Kita Makassar, Forum Sastra Kepulauan, Studio Kita Makassar dan Tangan Perkusi, Fly Art, Tu’Sibija, Tangan Music Ethnica Makassar, Fsday.
Menurut Asia Ramli, naskah ini merupakan hasil riset dan dikerjakan selama satu tahun. Sutradara menerjemahkannya ke atas panggung dalam bentuk kolaboratif dengan penata artistik, penata tari, penata kostum/tias, penata musik/vokal, penata video art. Pertunjukan ini merupakan representasi simbolik sejarah perjuangan Daeng Mangalle, Pangeran Perang Makassar bersama pasukannya melawan kezaliman serdadu Kerajaan Siam yang bersekutu dengan Eropa, Perancis dan Portugis.
Penonton bludak, penuh sesak di ruang penonton. Kursi penuh. Balkon juga penuh. Banyak penonton yang berdiri. Bahkan masih banyak penonton di ruang loby yang belum bisa masuk karena penuh. Mereka mulai menyaksikan pertunjukan dengan khidmat meskipun ruang penonton agak panas. Empat buah kipas angin air yang disewa oleh tim produksi kurang mampu meredakannya.
Setting pertunjukan ditayangkan melalui multimedia di layar LID. Pada babak pertama setting di LID dan adegan di atas panggung menggambarkan Daeng Mangalle (diperankan oleh Ferdinan) dan pasukannya terjun ke medan Perang Makassar.Panggung gelap. Diawali oleh permainan music dan vocal yang syahdu dan menyayat dari 1 vokalis pria dan 3 vokalis perempuan sebagai pengantar video art di layer LID.Cahaya dan music berubah, mengantar adegan di atas panggung. Diawali oleh munculnya12 pasukan penari Baliraditata sekitar 1 menit, lalu out. Disusul pasukan penari Tombak, juga sekitar 1 menit, lalu out.