“Semoga bisa menciptakan ilmu baru bagi pembaca dan menjadi bekal literatur buah edukasi guna mengenal kehidupan yang fana,” harap Zia kepada pembaca novelnya.
Bahkan di antara kesibukannya, ia masih aktif sebagai pelajar yang menginspirasi teman-temannya. Sosok mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, ini tak berhenti menjadi bintang yang bersinar di lingkungannya.
Kerap berpetualang di tanah orang luar, ia kembali mengikuti program pertukaran pelajar di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Sungguh perjalanan yang panjang dalam menggapai ilmu, tak sederhana.
Terkenal dengan keberanian dan jiwa tangguhnya, ia tak pernah gagal memecah benteng sulitnya hidup seorang mahasiswa yang kelam. Karena ia juga merupakan sosok mahasiswi angkatan pertama yang tak gentar telah diuji di sidang skripsi.
Usia muda duduk di semester cukup dini tidak membatasi prestasi. Berani tampil dan berjuang mengalahkan problematika yang ada, ia diberikan tepuk tangan dan apresiasi yang luar biasa, kian terdengar banyak di telinga.
Sosok yang terampil dan penuh bakat, ia pun menyelipkan satu kesibukan lagi, yakni bekerja. Tidak ingin merepotkan keluarga sebagai anak pertama dengan tekad mandirinya, ia mengelola toko pestisida milik orang tuanya.
Mengelola usaha tersebut, ia lakukan dengan teliti dan kerap kali ia memantau detail secara jauh, Kalimantan-Kota Makassar. Keterbatasan sebagai pebisnis muda yang dijalaninya tidaklah mudah. Namun, rasa ingin tahu dan pantang menyerah adalah kunci dalam perjuangannya agar semakin berjaya pada usia tua. (*)
