Al-Qur’an bukan hal yang bisa digunakan dalam hal meminta-minta. Justru mengajarkan umat manusia memiliki etos kerja tinggi, sehingga bisa menyelesaikan seluruh permasalahan hidupnya.
“Dalam suratnya mengatakan, ‘Wahai Muhammad, katakanlah kepada umatmu waquli’malu (bekerjalah). Perbaiki kualitas hidupnya, apa pun itu. Allah dan Rasulnya pasti memperhatikan usahanya itu’,” urai Harun.
Kalaupun anak-anak ini dibiarkan terus menjadikan Al-Qur’an sebagai tameng belas kasihan orang, perlu mendapat pembinaan. Alasannya, orang yang terketuk hatinya memberi akan membuat anak-anak ini terbiasa melakukan tanpa mau membenahi etos kerja.
Oleh karena itu, perlu satu lembaga pemerintahan, misalnya dissos, membina mereka dengan memberikan pelatihan. Tujuannya agar mereka melaksanakan inti dari ayat Al-Qur’an yang mereka baca.
Ajaran agama Islam jelas “tangan di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah”. Pemahaman mereka harus diluruskan. Tetapi, tidak bisa langsung apabila tidak adanya pembinaan.
Makanya perlu ada wadah bagi anak-anak yang notabenenya kurang mampu. Lalu dilatih dan diberikan pemahaman baik sehingga mereka menyalurkan di tempat semestinya.
Di sisi lain, Akademisi UIN Alauddin ini mengaku jika ditemukannya hal seperti ini membuat dirinya atau pengunjung lainnya (masyarakat) menjadi serba salah.
“Ada aspek yang membuat kita serba salah. Membacakan Al-Qur’an bagi anak apalagi masih sangat kecil membuat hati kita tersentuh. Apalagi, diketahui mereka yatim-piatu sehingga hanya seperti ini yang bisa dilakukan agar mendapat sesuap nasi,” sambung Hamzah.
