English English Indonesian Indonesian
oleh

Pakai Ayat Mengemis Iba

“Ini juga variannya terlihat banyak, tapi biasnya dilakukan dengan membuat penampilan terkesan religius. Ini boleh jadi karena mereka menganggap masyarakat mudah percaya dengan penampilan seperti itu,” kata Ramli.

Dosen FISIP Unhas ini menjelaskan fenomena tersebut memang memerlukan penanganan khusus, karena sifatnya yang khas. Bisa menjadi konten dakwah, apakah membaca Al-Qur’an itu, misalnya, bisa digunakan untuk mengemis atau menarik simpati mendapatkan keuntungan material.

“Yang jelas ini juga masuk kategori mengemis, sehingga memang harus ada upaya menanggulanginya,” ucapnya.

Hal serupa juga diutarakan sosiolog UNM, Idham Irwansyah. Menurutnya hal tersebut merupakan bentuk strategi yang dilakukan pengemis, dengan memanfaatkan simbol-simbol agama.

Dalam hal ini, ayat-ayat suci dalam Al-Qur’an sebagai nilai jual. Pada era konsumsi saat ini, segala sesuatu dapat diubah menjadi nilai materil (komodifikasi) yang dapat dipasarkan.

“Para pengemis tentu berharap, dengan menggunakan kotak sumbangan atau hafalan Al-Qur’an, para pengguna jalan akan dengan mudah mengeluarkan sumbangan atau sedekah. Kenapa di kota-kota besar? Karena potensi pasar besar, jumlah penduduknya banyak,” ungkapnya.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi fenomena tersebut. Di antaranya penerapan aturan. Sebenarnya sudah ada perda yang mengatur terkait permintaan sumbangan, pengemis, dan anak jalanan.

Dibutuhkan komitmen dan sinergitas diantara semua instansi yang terkait. Mesti ada solusi dalam bentuk edukasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat sehingga mereka tidak lagi menjadikan kegiatan meminta-minta sebagai mata pencaharian.

News Feed