English English Indonesian Indonesian
oleh

Efek Sosial Terhadap Kondisi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar

KOTA Makassar merupakan kota terbesar di wilayah Indonesia Timur dan menjadi pusat kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Pembangunan di Kota Makassar yang terus digalakkan dan dikembangkan, telah memberi dampak pada pembangunan sarana dan prasarana yang terus meningkat di berbagai sektor.

Kemegahan dan kemewahan hidup masyarakat urban, baik berupa sarana fisik maupun non fisik berupa jalan raya, gedung perkantoran, pusat hiburan, perumahan, dan seterusnya, telah menjadi daya tarik peningkatan urbanisasi ke Makassar.

Over populasi penduduk yang terus meningkat dan minimnya kapasitas kota untuk menampung serta menyelesaikan berbagai persoalan yang semakin luas dan kompleks, telah melahirkan sejumlah persoalan.

Di antaranya, persoalan kesenjangan sosial ekonomi, yang kemudian juga merebak ke berbagai sektor seperti sektor pendidikan, kesejahteraan hidup, kesehatan, kerawanan sosial, kerentanan budaya, dan sebagainya.

Wacana pembangunan yang terus
digalakkan, ternyata pada sisi yang lain (sisi yang tersembunyi) juga telah menciptakan peningkatan populasi kaum marjinal, masyarakat miskin kota, dan tentu saja menciptakan peningkatan populasi anak jalanan.

Menurut data Dinas Sosial Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar, terdapat kurang lebih 758 anak jalanan di tahun 2016 (Pranata, 2016), dan terus meningkat sepanjang waktu. Hal itu berarti bahwa Makassar merupakan salah satu kota yang sangat rawan dengan peningkatan populasi anak jalanan.

Keberadaan anak jalan di tempat-tempat umum seperti jalan raya, adalah hal yang sangat rentan dengan berbagai ancaman dan bahaya. Berbagai hal buruk sewaktu -waktu dapat terjadi pada mereka, sehingga kondisi kerentanan (vulnerabilitas) sering dijumpai oleh anak jalanan dalam kehidupan mereka.

News Feed