English English Indonesian Indonesian
oleh

Dialog Ramadan Pusat Disabilitas Unhas, Memahami Pandangan Islam terhadap Difabel

FAJAR, MAKASSAR-Suara lantunan ayat suci Al-Qur’an mengalun lembut dari Qori Imanuddin Kamil. Ia membacakan surat Abasa ayat 1 – 16. Imanuddin seorang disabilitas netra dan mahasiswa di Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Ayat-ayat pada surat Abasa bercerita tentang teguran Tuhan kepada “Dia” yang bermuka masam dan berpaling kepada seorang buta bernama Abdullah Ibnu Maktum yang meminta pengajaran Islam kepada Nabi Muhammad.

Imanuddin biasanya membaca Al-Qur’an yang dicetak menggunakan huruf Braille. Namun karena ia hafal surat ini, maka ia langsung melafazakannya. Saat pembacaan terjemahan, dilakukan dengan dua bahasa: Bahasa Indonesia oleh Andi Nur Ilmi Fathyah dan bahasa isyarat oleh Fitrah Ramadhan, mahasiswa Tuli Jurusan Sastra Indonesia, Unhas.

Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin melaksanakan dialog Ramadhan ini dengan mengundang civitas akademika Unhas dan sejumlah organisasi disabilitas di Kota Makassar, Sabtu, 23 Maret.

Menurut Nabila May Sweetha, ketua panitia dialog ini, mengatakan bahwa dialog ini bertujuan untuk memahami bagaimana pandangan Islam terhadap difabel. Ia menyatakan bahwa banyak difabel mengalami diskriminasi dalam beragama, belajar agama dan khususnya mengakses rumah ibadah untuk beribadah secara setara.

Untuk itu, Pusat Disabilitas Unhas menghadirkan Ustaz Jafar Nurdin dan Dr. Ishak Salim. Keduanya merupakan aktivis yang peduli pada isu disabilitas.
Dialog yang dibuka oleh rektor Unhas, diwakili oleh Muhammad AY dari Pusdis menyebutkan bahwa Pusdis berupaya melakukan upaya sosialisasi dan diskusi kritis untuk terus menyuarakan hak-hak disabilitas yang selama ini terlanggar. Hal-hal semacam ini kemudian banyak dibahas dalam dialog yang dipandu oleh Annisa Latifa Kamaliyah, seorang relawan Teman Difabel Pusdis.

News Feed