English English Indonesian Indonesian
oleh

Annapurna

Hari Minggu kemarin — saya berada di Thorong Phedi — di ketinggian 4.525 meter. Ini jalur trekking Annapurna Circuit. Minggu sore ini kalau tak ada rintangan berarti, kami akan tiba di Thorong High Camp di ketinggian 4.850 sebelum Selasa besok kami mencapai Thorong High Camp dan finis di Thorong La Pass di ketinggian 5.418 meter. Masih banyak ketinggian lain — tapi untuk dingin yang mencapai angka minus 20 derajat celcius di malam hari dan minus 10 di siang hari — mungkin cukup di sini dahulu pencapaiannya. Semakin tinggi tentu akan semakin dingin dan oksigen semakin berkurang. Bukan urusan ‘kaleng-kaleng’ tentunya.

Di jalur trekking Annapurna Circuit ini, kita bisa melihat beberapa puncak gunung yang putih ditutupi salju tebal. Ada Dhaulagiri (8.167M), ada Annapurna I (8.091M) hingga yang kelihatan lebih rendah Turkce Peak (6.920M) dan Tilicho Peak (7.134M) yang terasa memanggil untuk dikunjungi.

Saya membayangkan di antara gunung-gunung itulah pernah hidup 3 pertapa sakti Himalaya dalam kisah silat Kho Ping Hoo — Pendekar Bongkok dan Kisah Sepasang Rajawali. Tiga pertapa sakti itulah yang menjadi guru Sie Liong yang tubuhnya bongkok akibat perbuatan iparnya Yauw Sun Kok. Sun Kok melakukan itu karena takut Sie Long membalas denda. Sun Kok telah membunuh kedua orang tua Sie Long.

Lima hari berada di kawasan ini — tentu tidak mudah untuk beradaptasi dengan makanan yang menjadi ciri khas penduduk di sini; etnis Brahmins dan Chetris. Maka selain tantangan iklim, tantangan perjalanan yang semakin menanjak, maka makanan juga harus tetap dinikmati untuk mendukung kemampuan tubuh agar tidak melemah.

**

Selalu ada pertanyaan: untuk apa pergi ke tempat yang tinggi dan memiliki kedinginan yang ekstrem? Fasilitas yang terbatas. Tidak ada yang bisa dijelaskan. Ini jelas bukan sebuah pencapaian yang diidamkan sekian nol, nol nol persen penduduk dunia. Tetapi tetap ada yang ke sini. Ke Everest, ke Annapurna dan bahkan ke puncak-puncak gunung lain di kawasan dunia lainnya. Ke Kilimanjaro Afrika, Mont Blanc di Eropa dan banyak yang ada di Indonesia: Cartenz Puncak jaya di Papua, Semeru, dan bahkan Gunung Bawakaraeng.

**

Dan selalu ada jawaban dari mereka yang ke puncak gunung. Mereka melatih ketahanan fisik, kedisiplinan dan tekad. Dan lebih penting mengagumi keindahan alam ciptaan yang Maha Kuasa.

Mengutip kata-kata Sir Edmund Hillary – penakluk Everest Himalaya (8800-an) pertama: “It’s not the mountain we conquer but ourselves.” Bukan gunung yang kita taklukkan tetapi diri kita sendiri.

Selasa besok Insyaallah rombongan kami akan berada di Thorong-La Pass — di ketinggian 5.418 M dpl — jauh dari ketinggian puncak Annapurna 1, Annapurna 2, Annapurna 3 (yang kata orang di Nepal sini belum ditaklukan siapapun), puncak Mount Everest. Thorong-La Pass adalah destinasi kami yang terakhir sebelum akhirnya kembali turun dan selanjutnya ke Kathmandu sebelum terbang kembali ke Indonesia.

Dengan oksigen yang makin menipis — memang hanya kebesaran Allah SWT lah yang bisa melindungi kita untuk mencapai destinasi ketinggian di atas 5.000 meter. Termasuk kedisiplinan dan kesabaran dan tekad yang besar.

Minggu kemarin hujan salju turun sejak Sabtu malam. Salju menebal setinggi 30 cm di depan tempat kami menginap. Jalan — trek — di tepian jurang yang akan kami jalani juga ditutupi salju. Kami menunda perjalanan sesuai pesan Sir Edmund Hillary, “Human life is far more important than just getting to the top of a mountain.” (*/)

News Feed