Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf
Dosen FEB Unhas
FAJAR, MAKASSAR — Ekonom terkemuka, Daron Acemoglu dari MIT dan James A. Robinson dari Universitas Harvard dalam bukunya berjudul Why Nations Fail; The Origin of Power, Prosperity and Poverty yang berkesimpulan bahwa ketimpangan di negara berkembang lebih disebabkan oleh kebijakan dan kelembagaan ekonominya yang bersifat ekstraktif dan hanya menguntungkan segilintir pelaku usaha.
Pandangan kedua ekonom tersebut sejalan dengan permasalahan utama perekonomian nasional yang belum juga bergeser dari isu ketimpangan pemanfaatan asset ekonomi produktif. Dimana, manfaat pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir lebih banyak dinikmati oleh segelintir orang terkaya (oligarki).
Bahkan dalam 10 tahun terakhir, terhitung sejak tahun 2015, terdapat 1% orang terkaya di Indonesia yang menguasai separuh lebih kekayaan Indonesia. Akibatnya, ketimpangan kesejahteraan pun melebar (Kompas, 9/12/2015).
Peran Oligarki
Perekonomian nasional mengarah ke struktur pasar oligopoli yang melanggengkan persekongkolan (oligarki). Para oligarki merampas surplus yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang tercermin pada harga tinggi dan keuntungan sangat eksesif.
Pengalaman di berbagai negara, praktik kartel (disebut mafia) yang dianggap sebagai extra ordinary crime karena mengeksploitasi konsumen dengan cara membatasi pasokan (output restriction), menetapkan harga tinggi (price fixing) dan bahkan membagi-bagi pasar yang meniadakan kompetisi di pasar.