English English Indonesian Indonesian
oleh

Pemilu Satu Putaran Bukan Fatwa, Bung Aswar!

Ketiga, polarisasi sebagai efek dari bandwagon yang Bung Aswar khawatirkan, akan selesai justru dengan satu putaran. Memberi waktu yang panjang ke putaran kedua, akan menyuburkan polarisasi dan keterbelahan sosial.

Keempat, dikhawatirkan pula bahwa dukungan kepada paslon yang tampaknya sudah “unggul” untuk didukung bersama agar menang satu putaran, akan melahirkan ketidakdewasaan berpolitik. Justru, belajar menerima tanda kemenangan pihak yang berbeda menunjukkan kedewasaan. Sulit menerima tanda kemenangan pihak lain, itu adalah kekerdilan.

Bung Aswar, saya setuju “Demokrasi (pemilu) yang berkualitas tidak bisa dikalkulasi dengan biaya yang murah”. Tetapi, pemilu satu putaran yang menghemat energi, waktu dan ongkos, itu lebih berkualitas ketimbang pemilu dua putaran yang membuka peluang “demam” pemilu dan tensi politik tetap tinggi, dan dengan membuang-buang energi, waktu, dan ongkos.

Sahabatku, saya usulkan ke depan, pemilu cukup satu putaran. Pemenangnya ialah yang meraih suara terbanyak walau kurang 50 persen. Itulah pemenang sejati. Bukan pemenang “keroyokan” karena para pemilik suara kecil diberi kesempatan di putaran kedua “mengeroyok” pemilik suara besar. Pemenang tidak sejati. Sahabatku, semuanya hanya anjuran, untuk direnungkan. Bukan fatwa! (*/zuk)

News Feed