English English Indonesian Indonesian
oleh

Kohesi Solusi dan Fitrah Resolusi

Oleh: Magdalena I. Ovi*

Resolusi butuh urgensi dan energi. Negosiasi diri dengan empati menjadi jalan positif meraihnya.

            Studi yang dilakukan Universitas Scraton menyebutkan hanya 8 persen orang berhasil mewujudkan resolusinya (2013). Resolusi awal tahun adalah tradisi penghargaan terhadap waktu dan menjadikan penanggalan 1 Januari menjadi istimewa. Benarkah? Istimewa bagi siapa?

            Resolusi awal tahun istimewa bagi mereka yang memiliki tujuan. Tujuan spesifik. Bukan sekadar tujuan yang mengambang, melainkan pemahaman yang menyebabkan tujuan itu penting untuk diraih. Lantas, mengapa hanya 8 persen orang yang berhasil mewujudkannya? Memangnya 92 persennya tidak atau kurang menganggap penting tujuan yang ingin diraih?

            Ada beberapa metode dalam merealisasikan resolusi, namun sebelum sampai pada how to- atau bagaimana melakukannya, fundamental awal adalah urgensi apa yang membuat resolusi itu perlu dibuat. Jika Simok Sinek memformulasikan golden circle dalam bukunya “Start With Why” (Awali dari Mengapa), tak lain adalah nawaittu atau niat dalam menetapkan segala sesuatu. Why ada pada inti lingkaran, baru kemudian diikuti dengan how dan what.  

Pertanyaan why adalah persoalan inner games, alias latar belakang menyebabkan terjadinya impuls dalam hati. Diri bertemu dengan diri berseteru menetapkan apa sebenarnya tujuan yang benar-benar penting sepanjang tahun ini? Apa yang akan hilang jika tujuan itu tidak terpenuhi? Apa risikonya? Bagaimana bentuk kebahagiaan yang didapatkan jika tujuan itu berhasil diraih?

News Feed