English English Indonesian Indonesian
oleh

Lilin Hingga Pelita dari Minyak Tanah Bantu Anak-anak Pulau Kerja PR di Malam Hari

PANGKEP, FAJAR– Ketika para murid di kota-kota besar berselancar dengan teknologi dalam mengakses informasi dan pengetahuan.

Hal berbeda dialami anak-anak yang berada di wilayah kepulauan Kabupaten Pangkep. Sebahagian besar, anak-anak kesulitan belajar di malam hari tanpa penerangan.

Kondisi itu sudah berlangsung puluhan tahun secara berkelanjutan dialami setiap generasi di pulau. Untuk belajar di malam hari saja, anak-anak sangat kesulitan. Sulitnya penerangan, kondisi pulau yang kian gelap di malam hari, tanpa genset apalagi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kian menyulitkan anak-anak di pulau untuk mendapatkan hak yang sama dengan anak-anak di perkotaan.

Memang, belum seluruhnya pulau mendapatkan PLTS dari Pemerintah Pusat. Sehingga sebahagian mengandalkan genset. Namun, ironi di Pulau Lamputang, Desa Mattiro Dolangeng, genset milik Pemerintah Desa (Pemdes) rusak sejak setahun terkahir. Sejak saat itu, anak-anak hanya memanfaatkan lilin atau apabila lilin miliknya habis, anak-anak memanfaatkan kaleng alumunium bekas susu untuk dijadikan pelita dengan sambungan sumbu ke minyak tanah, sehingga bisa menerangi rumahnya di malam hari untuk sekadar mengerjakan tugas dari gurunya di sekolah.

Salah seorang ibu di Pulau Lamputang, AH (40) mengaku, anak-anaknya sudah setahun terkahir kesulitan mengerjakan PRnya tiap malam, karena hanya memanfaatkan pelita seadanya. Belum lagi apabila lilin dan minyak tanah habis. Maka tentu anak-anak ibu HL dan anak-anak lain di pulau tidak bisa lagi menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) dari gurunya. Bahkan, yang sama sekali tidak mempunyai pelita, anak-anak itu tidak lagi mengerjakan tugas sekolahnya saat malam hari, pulau ini didiami sekitar 80 rumah dengan jarak 3 jam perjalanan dari daratan Ibu Kota Kabupaten Pangkep yang ditempuh dengan menumpang perahu milik nelayan.

News Feed