English English Indonesian Indonesian
oleh

Kritikan!

SuarA : Nurul Ilmi Idrus

Kata “kritik” berasal dari Bahasa Yunani, kritikos, yang dalam bahasa Indonesia seringkali dipadankan dengan kata kecaman, terkadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap kinerja, hasil karya, pendapat, dsbnya. Namun, harus dibedakan antara kritik destruktif dan kritik konstruktif. Jika kritik yang pertama lebih diarahkan untuk “menyerang” pihak tertentu, maka  kritik yang kedua bersifat membangun demi kebaikan. 

Kritikan memang terkadang membuat telinga merah, bahkan seperti cacing kepanasan jika orang hanya melihatnya hanya dari sisi negatif. Namun, jika kritikan dilihat sisi positifnya, maka hal tersebut dapat memperbaiki keadaan dari aspek yang dikritisi. Celakanya, orang cenderung berasumsi bahwa setiap kritikus adalah pembenci. Tidak semua orang membenci orang yang dikritiknya, justru mungkin sebaliknya. Tak salah jika Shiv Khera, penulis buku “You can Win”, menyatakan bahwa orang bijak lebih suka mendapatkan keuntungan dari kritik yang membangun daripada dirusak oleh pujian palsu.

Belakangan ini filsuf dan pengamat politik dan telah 12 kali dilaporkan ke Bareskrim, Rocky Gerung yang namanya disingkat Roger sedang menjadi berita grasa grusu di Indonesia atas dugaan penghinaan yang dilontarkan Roger terhadap Jokowi di depan buruh pada 29 Juli 2023 lalu dalam acara Konsolidasi Aliansi Aksi Sejuta Buruh di Kota Bekasi. Hal ini menimbulkan kontroversi di masyarakat, yang pro membela Jokowi, yang kontra menyaluti Roger yang berani “buka suara”. Dalam acara “Siapa Berani Kritik Istana”, Roger menegaskan bagaimana Jokowi tidak memerlukan oposisi. Pakar Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyebut pernyataan Roger yang dianggap menghina Presiden Jokowi masih dalam level standar sebagai oposisi. 

Unjuk rasa terjadi di berbagai kota di Indonesia. Relawan Jokowi dan kader-kader PDIP memolisikan Roger mengingat Jokowi sebagai kader PDIP, namun pelapor kecewa karena pengaduannya tidak dapat diproses mengingat bahwa Jokowi sendiri yang diduga dihina tidak melaporkan Roger. Ketika Presiden Jokowi dimintai tanggapannya tentang kritikan tersebut, beliau menjawab: “Ini kan hal kecil, saya kerja aja” dan Jokowi tidak akan melaporkan Roger. Artinya, persoalan selesai.  Namun, ada Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, yang mengancam Roger untuk “tidak main-main” karena dianggap pernyataannya menyinggung kehormatan presiden dan karenanya Moeldoko akan berdiri paling depan. Pernyataan yang oleh Roger dianggap sebagai pernyataan seorang preman ketimbang pernyataan seorang pejabat negara. 

Mereka yang pro terhadap Jokowi cenderung melihat bahwa kritikan yang dilontarkan Roger terhadap Presiden Jokowi sebagai kritik destruktif ketimbang kritik konstruktif, seakan pejabat dapat secara bebas berbicara, sementara rakyat harus membungkam mulutnya. Sebaliknya, mereka yang pro terhadap Roger beranggapan bahwa kritikan Roger harusnya dipandang sebagai sesuatu yang positif, apalagi kritikan terhadap seorang pejabat publik seharusnya dipandang sebagai sesesuatu yang biasa dan seharusnya disuarakan. Mantan Kabagreskrim Susno Duadji mempertanyakan bahwa Roger mau dihukum menggunakan undang-undang apa karena pada dasarnya Roger tidak mengeritik Jokowi secara pribadi, tetapi mengeritik Jokowi sebagai pejabat publik. 

Seorang pejabat publik idealnya memiliki kepekaan yang tinggi dan membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan kritikan. Jika tak mau dikritik, sebaiknya sang pejabat mengundurkan diri dari jabatannya. Kritikan mungkin tidak menyenangkan, tapi diperlukan bahkan dicari.

News Feed