English English Indonesian Indonesian
oleh

September, EMT IDI Sulsel Gelar Simposium dan Workshop Kegawatdaruratan

FAJAR, MAKASSAR-Emergency Medical Team (EMT) IDI Sulsel akan menggelar simposium dan workshop Makassar Emergency Update-Medical Emergency and Disaster Response di Hotel Sheraton pada 1-3 September.

Staf Ahli Bidang Kemitraan EMT IDI Sulsel, Mohammad Alief Iqra mengungkapkan, pengetahuan terkait medical emergency atau kegawatdaruratan sangat penting untuk diketahui, bukan hanya dokter tapi seluruh tenaga kesehatan seperti perawat, bahkan masyarakat umum.

Menurutnya, berdasarkan survei dari 182 negara, masyarakat Indonesia menempati urutan kelima dalam peringkat dengan korban tewas terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini karena pengetahuan terkait kegawatdaruratan, pertolongan pertama tidak dikuasai. Kecelakaan terjadi setiap waktu dan bagi beberapa kelompok usia merupakan penyebab kematian tunggal besar. “Angka kematian dan kejadian tersebut dapat ditekan jika sistem penanggulangan gawat darurat berjalan dengan baik,” ujarnya.

Atas dasar itu simposium dan workshop ini dilakukan guna memberikan materi terkait penanggulangan kegawatdaruratan berupa pertolongan pertama, yang wajib dikuasai, bahkan oleh masyarakat non nakes.

Bukan hanya itu, salah satu komponen sistem tersebut yaitu pelayanan Ambulans Gawat Darurat dan tentu saja harus bersinergi dengan fase Unit Gawat Darurat Rumah Sakit. Dalam kejadian kecelakaan lalu lintas Basic Life Support (BLS) sebagai bantuan pertama apabila terdapat indikasi berhentinya denyut jantung sangat diperlukan sebelum pasien mendapatkan bantuan kesehatan secara intensif.

“Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara umum dikondisikan untuk kejadian diluar rumah sakit sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut (pengkondisian) tanpa adanya peralatan medis,” ujarnya.

Olehnya itu, diperlukan keterampilan dasar untuk menghadapi korban gawat darurat sebelum dirujuk dan tiba di Rumah Sakit. Menurut Alief, tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, bidan, fisioterapi, dan lainnya serta para relawan diwajibkan memiliki keterampilan pertolongan pertama.

Staf Ahli Bidang Operasional dan Respons, Muhammad Risqullah Ammar mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat dan bencana di lingkungan perkotaan dan daerah yang berisiko.

Dengan fokus pada kesiapsiagaan darurat, kegiatan ini menyediakan platform bagi masyarakat, lembaga pemerintah, dan sektor kesehatan untuk bersama-sama memperkuat penanganan kegawatdaruratan di kota. “Yang disasar bukan hanya dokter, tapi seluruh nakes, relawan, bahkan masyarakat awam,” jelasnya. (mia/ham)

News Feed