English English Indonesian Indonesian
oleh

Oppenheimer

Beruntunglah Hitler dan Nazi-nya amat antisemitisme. Nazi amat menyimpan prasangka dan kebencian yang begitu hebatnya terhadap Yahudi. Kita membaca tentang Holocaust, pembantaian dan pembunuhan terhadap kaum Yahudi Eropa yang didukung oleh pemerintah Jerman Nazi dan kolaboratornya dari tahun 1933 hingga 1945. Inilah antisemitisme paling ekstrem dalam sejarah kemanusiaan kita. Hitler dan Nazi tak hanya membenci Yahudi tetapi juga ‘ilmu’ ilmuwan Yahudi yang sesungguhnya bisa memperkuat posisi perang mereka. Tahun 1933 — Hitler memang melarang Yahudi memegang jabatan resmi apa pun, termasuk mengajar di universitas. Tokoh Nazi Paul Joseph Goebbel menyatakan ‘ilmuwan Yahudi’ telah berakhir dan semua karya mereka harus dibakar.

Dalam film Oppenheimer — fisikawan Amerika Serikat yang bernama J. Robert Oppenheimer digambarkan bahwa mereka ‘beruntung’ karena ilmu dasar untuk membuat bom atom dimulai dari ilmuwan-ilmuwan Yahudi Jerman yang semuanya diusir oleh Hitler. Termasuk Albert Einstein. Ketika ada pertanyaan apakah ada kemungkinan Jerman juga melakukan riset soal bom atom — Oppenheimer yang kemudian dikenal sebagai ‘Bapak Bom Atom’ mengatakan, “We’ve got one hope. Antisemitism.”

**

Seperti Oppenheimer — yang menyesali dirinya di belakang hari — Einstein sesungguhnya yang memperingatkan Presiden Amerika Roosevelt tentang kemungkinan adanya penelitian soal bom atom oleh Nazi. Ia menyarankan agar Amerika memperhatikan dan memulai penelitian senjata nuklir sendiri.

Surat tersebut diyakini “menjadi stimulus utama bagi AS dalam melakukan penyelidikan senjata nuklir dengan serius menjelang masuknya AS ke kancah Perang Dunia II. Ia menjadi awal dimulainya Proyek Manhattan — yang dikomandani Oppenheimer yang melahirkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Belakangan Einstein menyatakan, “Saya membuat satu kesalahan besar dalam hidup saya—ketika menandatangani surat kepada Presiden Roosevelt yang merekomendasikan agar bom atom dibuat, tetapi ada beberapa pembenaran—bahaya yang akan dipicu Jerman…”

Film Oppenheimer dibuat berdasarkan buku pemenang Pulitzer berjudul American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin yang terbit pada 2005.

Oppenheimer memang merasa bersalah atas tewasnya 200 ribu lebih penduduk Hiroshima dan Nagasaki. Dalam film ada adegan ketika Oppenheimer bertemu Presiden Amerika Harry Truman, ia berkata dengan lirih, ”Mr. President, I feel I have blood on my hands.” Truman marah dan mengeluarkan saputangan putihnya sambil berkata, ”They cared who dropped it. I did. Hiroshima isn’t about you.” Oppenheimer keluar dari ruangan Oval Gedung Putih dan masih terdengar sayup kata-kata Truman, “Jangan biarkan si cengeng itu balik ke sini!”


Kekejaman perang sesungguhnya terus berlangsung. Penyesalan juga terus terjadi. Terutama jika ia menyangkut tragedi kemanusiaan yang tak mungkin terlupakan begitu saja. Para pemimpin kadang sekaligus adalah penjahat yang kadang ‘menunggangi’ para ilmuwan atau sekelompok orang yang bisa ‘diperdaya’nya. Hari-hari ini dalam berbagai aspek kehidupan dunia dan mungkin politik, kita melihat begitu berbahayanya sebuah perang — termasuk ‘perang dalam berbagai bentuknya’. Saling mematikan. Jepang tak pernah ingin menyerah dalam perang dunia ke-2 hingga Hiroshima dan Nagasaki dibom. Perlawanan tetap ada sampai satu mendapatkan dirinya sudah ‘dihabiskan’. Seperti kata Oppenheimer tentang Jepang sebelum bom dijatuhkan, They won’t fear it until they understand it. And they won’t understand it until they’ve used it.”

News Feed