English English Indonesian Indonesian
oleh

Tim Maggaligo Unhas Mendongeng dengan Bilingual dan Gunakan Boneka Tangan

FAJAR, MAKASSAR-Sebanyak 135 tim dari Universitas Hasanuddin (Unhas) melangkah lebih dekat menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Salah satu tim lolos dengan skim pengabdian masyarakat ialah Tim Maggaligo. Tim ini dinyatakan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diumumkan melalui akun instagram Kemahasiswaan Dikti, pada 16 Juni 2023 lalu.

Muhammad Akhdan Abidzar Anwar sebagai ketua tim dan anggotanya yaitu, Muh Alif, Muh Zaenal, Nursyifa Aulia, dan Putri Pendawi. Mereka merupakan mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas. Tim ini didampingi oleh dosen mereka, Dra. Muslimat, M.Hum.

“Alhamdulillah dua tim sastra Indonesia lolos pendanaan. Tim saya sendiri PKM Pengabdian Masyarakat, berfokus pada Maggaligo atau teknik berdongeng. Media yang kami gunakan itu berupa karikatur dan boneka tangan. Semoga pengabdian ini terus berlanjut dan bermanfaat bagi mitra kami,” tutur ketua Tim Maggaligo yang akrab disapa Akhdan pada saat ditemui belum lama ini.

Tim Maggaligo mengusung judul “Karikatur Maggaligo: Media Boneka Tangan Edukasi Bilingual dan Pendidikan Inovatif di Sekolah Yayasan MIS Bulujaya”. Tim ini menawarkan metode Maggaligo sebagai solusi kepada mitra dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang lebih inovatif.

Maggaligo merupakan teknik berdongeng dengan kearifan lokal asal Sulawesi Selatan. Pengimplementasian Maggaligo akan dibersamai buku karikatur berisi dongeng-dongeng yang akan disampaikan. Dongeng yang dicakup meliputi dongeng lokal yang sarat akan nilai moral dan budaya. Seperti kisah Nene Mallomo asal Sidenreng Rappang (Sidrap) yang dimuat di dalam buku karikatur.

“Dongeng lokal merupakan sastra lisan yang perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini sebagai penanaman nilai luhur dan budaya kita. Jangan sampai identitas anak-anak hancur dipengaruhi oleh faktor luar yang bukan budaya kita,” jelas mantan Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IMSI) ini.

Bukan hanya buku karikatur, kata mahasiswa asal Bone ini, boneka peraga juga dihadirkan guna memikat daya tarik peserta didik. Hal ini berguna agar peserta didik dapat merepresentasikan karakter pada dongeng. Selain itu, dapat pula melatih imajinasi peserta didik sehingga mereka dapat membantu penciptaan karakter yang dicipta oleh imajinasi mereka.

“Dimensi berbeda yang ditampilkan oleh boneka peraga juga dapat dijadikan sarana hiburan bagi mereka,” ungkap mahasiswa angkatan 2020 ini yang kini juga aktif di Teater Kampus Unhas.

Perantara Maggaligo kata Akhdan, dalam mengantarkan cerita-cerita dongeng disajikan dengan melibatkan metode bilingual yakni memadukan penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua dalam proses belajar. Adapun bahasa peserta didik di lokasi mitra ialah bahasa daerah, bahasa Makassar. “Penguasaan bilingual menjadi salah satu yang diharapkan oleh Tim Maggaligo dari pelaksanaan program ini,” ungkapnya.

Dosen pendamping Muslimat mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh Tim pengabdian Manggaligo diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk dapat mengeluarkan peserta didik dari permasalahan yang dihadapi. Agar tim Maggaligo tidak hanya mampu menciptakan suasana pembelajaran menarik dengan metode yang digunakannya, tetapi dengan minat dan motivasi belajar yang kuat bagi anak didik tersebut.

“Mereka secara sadar dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar, di samping menggunakan bahasa daerahnya dan dapat mengambil nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terungkap dari cerita rakyat/ dongeng yang disajikan sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter mereka,” ungkapnya. (*/)

News Feed