English English Indonesian Indonesian
oleh

Pedagang Kawasan Lembanna, Mengais Rezeki dari Para Pendaki

FAJAR, MAKASSAR– Kawasan kamping Lembanna, Kelurahan Pattappang, Kecamatan Tinggi Moncong pagi itu ramai. Sepajang mata memandang tenda dengan berbagai ukuran terhampar.

Pun ratusan motor nampak terparkir di pintu masuk. Beberapa yang sepertinya merupakan warga sekitar pengelola sibuk mengarahkan kendaraan yang terus berdatangan.

Suasana ramai dan membludak hari itu memang jarang-jarang terjadi. Hanya saat-saat tertentu. Hari itu event Beautiful Malino digelar Pemda Gowa. Mereka yang tak mendapatkan tempat untuk mendirikan tenda di sekitar kawasan event, memilih mendirikan tendanya di kawasan ini. Makanya kawasan tersebut sangat ramai.

Umumnya kawasan kamping Lembanna menjadi destinasi beberapa masyarakat yang penat dengan hiruk pikut kota, kawasan ini sudah terkenal sebagai titik awal saat mendaki ke Gunung Bawakaraeng atau ke beberapa spot mendaki lainnya, seperti Lembah Ramma, Danau Slank ataupun Danau Tanralili.

Kawasan ini kian populer, khususnya bagi orang-orang yang ingin merasakan sensasi di alam tanpa harus susah-susah mendaki.

Pelan-pelan ini juga mulai ekonomi baru bagi kawasan dan masyarakatnya, memberikan kesempatan bagi warga sekitar untuk membangun ekonominya. Dari satu tenda kecil yang dibangun dengan sederhana menggunakan beberapa bilah bambu dan sehelai tenda biru, warung satu demi satu pun berdiri.

Ini dirasakan sendiri oleh Rosniah, salah seorang pedagang di sana. Ia ikut dengan suaminya yang merupakan warga asli di sana untuk membangun warung. Warungnya bisa ditemukan di sisi Timur paling ujung kawasan.

Rosniah berjualan mi instan, kopi hingga gorengan. Ia juga menyediakan jasa charging gadger, sewa alat kamping, dan mendaki yang mana banyak dicari para pengunjung yang tak memiliki alat mendaki.

Biasanya sepekan ia berjualan dua kali, yaitu Sabtu dan Minggu. Saat-saat akhir pekan ini diakui menjadi waktu yang tepat mengingat tingginya pengunjung di waktu itu.

Kerap kali ia menjual di luar waktu saat ada event atau hari-hari khusus. Seperti hari kemerdekaan, dimana bisanya gunung-gunung menjadi spot yang banyak dikunjungi.

Demikian pula saat ini, dimana akhir pekan yang bersamaan dengan event Beautifull Malino membawa banyak masyarakat luar berdatangan ke Lembanna. “Jadi kami sangat senang kalau ada event begini, karena banyak yang beli, jadi sumber rezeki,” tutur Rosniah.

Saat ramai seperi ini, ia kerap meraup untung kotor perharinya mencapai Rp700-800 ribu, saat event besar seperti beautiful Malino bahkan kadang mendapatkan keutungan jutaan.

Namun di mana ada hari ramai, di situ ada pula hari yang sepi. Wanita kelahiran 1967 ini mengakui pendapatan kadang tak maksimal saat hari-hari seperti ini. “Kalau sepi kadang cuma seratus ribu, itu untung kalau ada yang charger hp,” imbuhnya.

Rosniah berharap kawasan tersebut terus tumbuh. Dia juga meminta agar para pengunjung bisa lebih tertib untuk menjaga kawasan. Sebab banyak dari pengunjung yang kurang peduli dengan lingkungan hingga menyebabkan kawasan tercemar sampah plastik.

Ia juga berharap event-event besar rutin digelar, sebab sangat membantu masyarakat kecil, khususnya di sekitar kawasan-kawasan wisata di Malino, Gowa. (an/*)

News Feed