FAJAR, WAJO-Pengumuman hasil seleksi wawancara calon anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) pada Pemilu tahun 2024 dikritik. Diduga sarat kepentingan. Kritikan itu diutarakan oleh mantan Kepala Desa Wecudai Kecamatan Pammana, Ferdi Masse. Bahkan keluhannya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara diunggah ke media sosial facebook.
Dalam ciutan di akun pribadinya, pria berjenggot ini menilai hasil seleksi PPS itu merupakan awal akan terjadinya kecurangan di pesta demokrasi Pilkada Wajo 2024 mendatang.
“Tanda-tanda kecurangan Pilkada di Wajo telah diawali dengan perekrutan PPS yang sarat dengan kepentingan,” ciutnya.
Sayangnya, sang Kades enggan membeberkan kecurangan yang dimaksud saat dihubungi FAJAR, Selasa, 24 Januari. Berdasarkan penelusuran, Ferdi Masse menyayangkan hasil seleksi PPS diwilayah. Desa Wecudai.
Salah seorang peserta seleksi, Sri Rahayu gagal terpilih sebagai anggota PPS Desa Wecudai. Padahal memiliki nilai tinggi, dengan skor 103 pada tes Computer Assisted Test (CAT). Perolehan itu bahkan tertinggi se-Kecamatan Pammana.
Namun pada berita acara rapat pleno KUP Wajo No : 190/PP.04.1-BA/7313/2023 tanggal 23 Januari 2023 tentang Rapat Pleno Penetapan Hasil Seleksi Wawancara Calon Anggota Panitia Pemungutan Suara pada Pemilu Tahun 2024.
Sri Rahayu hanya berada pada urutan ke empat untuk PPS Desa Wecudai dengan status pengganti bersama 2 orang lainnya, Fatmawati dan Abdul Kadir. Sedangkan 3 peserta lulus Indo Upe, Muh. Hamzah dan Renaldi.
Nilai CAT ketiga peserta yang lulus sebagai PPS Desa Wecudai, Muh. Hamzah 84, Indo Upe 79, dan Fatmawati 77.
Kritikan juga disampaikan anggota DPRD Wajo, Herman Arif. Dirinya juga kecewa terhadap hasil terakhir penerimaan PPS di Wajo. Khususnya di Kecamatan Pammana.
“Seharusnya yang punya nilai tinggi di tes tertulis (CAT, red) diprioritaskan,” sebut legislator dari Partai Gerindra ini saat ditemui di Gedung DPRD Wajo, Selasa, 24 Januari.
Menyikapi hal itu, Ketua KPU Wajo Haedar memahami kekecewaan peserta yang tidak lolos pada tahap akhir. Menurutnya, dalam setiap seleksi apapun tentunya ada hasil akhir. “Saya kira itu mereka kecewa manusiawi. Mereka sudah ambisius tapi tidak berpotensi lolos di wawancara,” nilainya.
Terkait perolehan nilai Sri Rahayu yang tertinggi di Kecamatan Pammana. Lanjut Haedar, perolehan nilai CAT tidak diakumulasi dengan hasil wawancara untuk menentukan hasil akhir.
“Setelah peserta lolos CAT, 9 orang itu semuanya sama. Tes wawancara itu yang menentukan, karena selain integritas juga ditanyakan kerjasama tim. Cuma juga diterima kalau hanya kerja dominan. Bukan kerja tim,” tutupnya.
Sekadar diketahui, 570 orang PPS dari 14 kecamatan dan 190 desa/kelurahan di Wajo telah dilantik di Ruang Pola Kantor Bupati Wajo, Selasa, 24 Januari. (man)