Atase Perdagangan, M. Syahran Bhakti menambahkan, tren sabun di pasar Mesir telah menjadi gaya hidup baru yang tidak saja untuk pemakaian rumah tangga melainkan, sebagai pasar perawatan kesehatan & tubuh, hadiah atau souvenir, dan pewangi rumah.
Lebih lanjut, Atdag Syahran mengungkapkan, meski bea masuk produk sabun asal Indonesia yang saat ini masih tinggi di atas 40-60 persen, konsumen Mesir masih mengandrungi sabun Indonesia yang berbahan minyak nabati atau vegetable oils.
Mr. Mohamed Khallaf, yang telah 10 tahun terakhir mengimpor produk sabun (soap noodles) Indonesia menuturkan, perusahaannya rata-rata per tahun mengimpor 3000 sampai 4000 ton produk bahan baku sabun berbahan minyak nabati untuk diproduksi menjadi sabun toilet padat.
Selain membuat kulit tetap terlindungi, kata dia, juga ekonomis dan ramah lingkungan. Juga, sejauh ini pihaknya masih membidik pasar segmen menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan perputaran uang di segmen tersebut sangat tinggi. “Pastinya lebih sensitif terhadap harga,” katanya.
Atdag Syahran Bhakti memaparkan, pesaing produk sabun Indonesia di pasar Mesir di antaranya adalah Malaysia di peringkat pertama dengan nilai ekspor USD21,57 juta dengan menguasai pangsa pasar Mesir sebesar 79,50 persen.
Jerman di posisi ketiga dengan nilai ekspor sebesar USD 523 ribu dengan pangsa pasar 1,93 persen, dan Turki di peringkat keempat dengan nilai ekspor sebesar USD 512 ribu dengan pangsa pasar sebesar 1,89 persen dan Tunisia di peringkat kelima dengan nilai ekspor sebesar USD 38 ribu dengan pangsa pasar 0,14 persen. (rls/kbri/kairo/*)