English English Indonesian Indonesian
oleh

Perilaku Sosial Beragama

Perilaku beragama seringkali susah dilepaskan dari budaya keagamaan di masyarakat kita, misalnya di daerah Cikoang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan yang sangat terkenal dengan budaya maudu’ lompoa, yaitu ritual memperingati Maulid, dan dalam pelaksanaannya sangat kental unsur budaya. Ritual ini berpedoman pada kalender Hijriah setiap tanggal 12 Rabiul Awal sebagai acuan dalam pelaksanaan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. (Maulid), namun dalam prakteknya terkesan ritual budaya yang sangat mencolok dan bagaimana “beragamanya”, ataukah budaya memberi sesajen di masyarakat tradisional dalam berbagai ritual keagamaan, lalu mengalami pembaruan dengan kegiatan syukuran (tasyakuran).

Ber-Islam tidaklah harus seperti orang-orang Arab yang memahami Islam dengan berpakaian sorban, jubah, cadar ataupun berinteraksi dengan sapaan ente, ana, abii, atau ummi yang katanya lebih Islami. Berislam dengan versi keindonesiaan yaitu menjalankan syariat agama dengan akulturasi budaya lokal yang telah bermetamorfosis dari konsep ritual-ritual tradisi menjadi sebuah pertemuan dengan nuansa keagamaan tanpa menghilangkan total unsur budayanya, seperti Aqiqahan, Halal-bihalal, syukuran atas sebuah keberhasilan, pemakaian sarung, songkok, tahlilan, yasinan, halal bi halal, dan mauludan yang merupakan konsep ber-Islam ala Indonesia berdasarkan pada kearifan lokal masyarakat setempat.

Beberapa kelompok masyarakat yang masih cukup mensakralkan ulama besar Syekh Yusuf, seorang ulama kharismatik dari Sulawesi Selatan dan cukup terkenal dengan penyebaran Islam yang dilakukannya sampai ke Afrika Selatan. Keberadaan kuburannya berada di tiga tempat yaitu di Cape Town Afrika Selatan, Banten dan Makassar dengan berbagai aktivitas keagamaannya seperti sebelum ke tanah suci harus berziarah terlebih dulu ke kuburannya, atau jika nazar seseorang terpenuhi, maka ia akan melepas seekor kambing. Banyak ragam unsur agama disentuhkan dengan kebiasaan-kebiasaan setempat seperti juga Halal bi halal yang tidak ada di negara lain, tapi budaya silaturahmi kita yang cukup tinggi sehingga menjadi sebuah kebudayaan beragama di Indonesia dan ini dianggap positif. (*)

News Feed