English English Indonesian Indonesian
oleh

Melewati Kecemasan

Perlu dicatat, ingatan publik tentang itu semua tak terhapus. Memori itu akan selalu ada, meskipun tidak setiap orang memahaminya. Akan ada jejak yang tertinggal dari setiap kutukan kebohongan yang diciptakan untuk menutupi laku culas dan tingkah buruk orang-orang yang berkuasa.

Pembaca yang baik, alas kecemasan itu perlahan tak terbukti. Rasa takut pelan-pelan dilewati, dan warga Negara dialihkan dengan ragam peristiwa lain yang datang silih berganti. Publik menyimpan kecemasan besar untuk menghadapi 2024 ini.

Memang, gelembung suara politik menggema di seluruh pelosok negeri, debat dan diskusi tanpa ujung begitu riuh di setiap ruang dan waktu, publik dihantui kecemasan yang cukup besar, yakni tentang siapa yang akan memimpin bangsa ini lima tahun ke depan.

Februari 2024 Pemilu dihelat, kekuasaan di estafetkan, dan bila salah ikhtiar “menusuk” kertas suara, ada hantu baru yang akan berkuasa lama dan bisa menimbulkan kecemasan panjang, kecemasan minimal lima tahun usianya. Ini lebih menakutkan daripada kebohongan resesi, lebih mengkhawatirkan daripada keculasan Perppu Ciptaker, dan lebih menakutkan daripada sekedar putusan culas Mahkamah Konstitusi tentang usia capres-cawapres.  

Memasuki awal tahun ini, kita harus terhindar dari makna kecemasan yang diungkap Hawari (2002), yakni gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Kita harus terus mengasah optimisme dengan melakukan kebaikan-kebaikan, sehingga kecemasan berhenti dan optimisme tumbuh, rasa takut hilang dan berani merencanakan masa depan republik ini dengan leluasa. Yang paling penting, terpilih pemimpin yang tidak menimbulkan kecemasan yang panjang. Wallahualam bissawab.(*/zuk)

News Feed