Ada yang sampai terjadi kekerasan antarpenyelenggara, karena buruk rupa pengelolaan itu, yang tentu saja, akan tetap menjadi catatan kelam bagi tahapan pemilu yang berlangung. Kecemasan kian tak terbendung, sebab banyak orang mengira-ngira, bahwa Pemilu 2024 diwarnai dengan tahapan yang penuh intrik dan dusta, kebohongan dan manipulasi administratif, serta seleksi penyelenggara yang tidak akuntabel.
Akan tetapi, lagi-lagi kecemasan itu melewati tapal batas. Meskipun disertai riak dan percikan keruh, cuaca politik dan tarikan kepentingan yang tidak bisa dihindari, pada ujungnya berakhir pada titik kulminasi. Selesai, entah dengan cara culas atau cara baik.
Kecemasan dalam kehidupan kolektif tentu tak bisa dihindari, namun bila kecemasan itu diciptakan untuk memanipulasi kebenaran dan memproduksi ketakutan, maka tak mungkin menghapus noda, sebab noda itu akan terus ada, meskipun tak terungkap. Akumulasi noda-noda itulah yang menutupi kebenaran, meskipun kebenaran tidak tergantikan.
Cahaya Kebenaran
Kekuasaan tak akan sempurna melucuti kebenaran, sebab kebohongan akan menemukan jalan untuk mengungkapkan dirinya, sehingga betapa pun kekuasaan memiliki kekuatan untuk menghasilkan kecemasan guna menenggelamkan kebenaran, celah cahaya kebenaran akan tetap memancar di setiap lorong waktu.
Bukankah produksi kecemasan yang disebut sebagai hantu resesi tak terbukti? Itu berarti, kebenaran mengungkap dirinya dan kebohongan tenggelam dengan sendirinya. Perppu Ciptaker menjadi “monument” hukum yang dibangun di atas dalil culas dan curang, sebab alasnya tak ada.