English English Indonesian Indonesian
oleh

Santi Terharu Tembok Dibuka, Kini Punya Akses Lagi

FAJAR, MAKASSAR-Tangis haru Santi (52) warga Jalan Cilallang, Kecamatan Rappocini, Makassar pecah saat akses jalan rumahnya dibuka kembali. Ia kini tak perlu lagi meminta tolong ke tetangga hingga memanjat tembok untuk keluar-masuk rumah.

Suasa haru itu terlihat usai pengurus Masjid Nurul Azis di lingkungan tersebut dan warga sekitar melangsungkan musyawarah yang ditengahi Sekretaris Camat Rappocini Rendra dan Kapolsek AKP Muhammad Yusuf, Kamis, 31 Agustus.

Seperti diketahui sudah empat hari terakhir akses jalan rumah Santi ditutup, yaitu tepat pada bangunan masjid yang tampak di tembok. Padahal jalan itu merupakan satu-satunya akses yang ia miliki setelah sebelumnya terbangun sebuah perumahan yang menutup seluruh area jalan di sana.

Anggota Dewan Pembina Masjid Nurul Aziz Cilallang, Ismail mengatakan, pihaknya tidak pernah menutup akses jalan rumah Santi satu-satunya itu. Sudah sejak dulu bangunan tembok masjid berdiri.

Justru yang ada, sebutnya, tembok bangunan masjid dijebol untuk memberikan akses jalan kepada Santi dan keluarga lantaran terbangun sebuah perumahan yang menutup akses lainnya.

“Dari dulu ini memang ini tembok, sebelum dibangun ini perumahan. Dulu dia tidak pernah lewat sini karena tembok. Ini efek dari pembangunan perumahan, padahal yang bermasalah antara developer perumahan dengan ini di dalam. Itu yang menutup akses,” jelasnya.

Adapun setelah berdiskusi, pihaknya membuka kembali akses jalan tersebut dengan berbagai kesepakatan. Pihaknya bersama dengan warga akan membantu Santi mencari kontrakan.

“Jalan tersebut dibuka kembali sampai jangka waktu satu tahun atau hingga Sabir dan keluarga bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp 12 juta,” ujar Ismail yang ditemui di Masjid Nurul Aziz, Rabu, 31 Agustus.

Uang tersebut dikumpulkan dengan maksud untuk membantu Santi mendapatkan rumah kontrakan. Pasalnya, sudah sejak lama Santi tinggal di sana tanpa ada sertifikat dan sebagainya. “Jadi kalau mencapai Rp12 juta hari ini, hari ini juga Sabir harus keluar dari rumahnya dan pindah ke kontrakan baru,” ucapnya.

Karena dari kesepakatan tadi, kata dia, yang bertugas mencari kontrakan untuk Sabir dan keluarga adalah RT dan RW. “Mereka akan dipindahkan dan tidak boleh lagi tinggal di dalam,” tandasnya.

Diketahui lahan yang dibanguni rumah oleh Santi dan keluarga sejak 20 tahun silam itu memang tampak seperti halaman belakang dari sang pemilik rumah depan bernama Mumun. Sementara di sekelilingnya adalah lahan yang dimiliki orang lain hingga dijual dan terbangun perumahan.

Santi yang ditemui usai akses jalan rumahnya kembali dibuka mengaku bersyukur. Walaupun bersamaan dengan itu ia juga merasa sedih dan berat hati karena harus meninggalkan rumahnya nanti.

“Saya sudah 20 tahun (tinggal), karena yang punya tanah sudah beri izin tinggal tanpa batas waktu. Hanya saja memang berat karena tidak ada akses jalannya. Jadi mau diapa juga,” katanya.

Santi pasrah, mau tidak mau nantinya ia harus pindah ke kontrakan. Apalagi biaya kontrakan tersebut telah dibantu oleh pengurus masjid dan warga. “Begitumi katanya mau dicarikan kontrakan dan dikasih waktu selama satu tahun mau dikumpulkan dana dan baru saya pindah,” bebernya.

Santi menceritakan, berat baginya untuk meninggalkan rumah yang selama ini ia huni bersama dengan 12 orang di dalamnya. Apalagi mereka dari latar belakang keluarga ekonomi bawah. “Suami saya kerja gali-gali kalau ada gorong-gorong atau WC yang mau dibersihkan. Kalau saya kerja buruh cuci,” tuturnya. (maj/ham)

News Feed