Di Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin, terdapat 16 pesawat dengan 24 penerbang. Dari jumlah tersebut, terdapat instruktur dan penerbang yang sedang menjalani pendidikan. Jumlah penerbang yang efektif untuk operasional sehari-hari adalah sekitar 12-13 orang.
Di antara penerbang tersebut, terdapat dua perempuan yang menjadi penerbang pesawat Hercules dan pesawat Boeing. Namun, untuk pesawat Sukhoi belum ada penerbang perempuan. “Belum ada untuk Sukhoi, nanti menjadi PR kita, karena saya juga berharap ada penerbang perempuan,” ungkap Benny lagi menambahkan.
Soal kecepatan maksimum pesawat Sukhoi Wanda menyebutkan, bisa mencapai 2,3 mach atau sekitar 2.500 km/jam, sementara kecepatan terendahnya adalah 350 km/jam.
Kecepatan yang umumnya digunakan dalam penerbangan Sukhoi adalah sekitar 800 km/jam. Ia juga membagikan pengalaman ketika ia sebagai penerbang Sukhoi mencapai kecepatan 1.500 km/jam. Momen kala mengejar pesawat asing dari Arab Saudi.
“Waktu itu pesawatnya ke arah Kupang. Awalnya saya kejar pesawatnya, saya kejar dikecepatan 1000 km/jam, tetapi malah kabur, maka saya tambah menjadi 1.500 km/jam. Akhirnya bisa dapat. Untuk menghentikan itu ada prosedur tersendiri. Operasi yang dilakukan sesuai dengan prosedur berstandar internasional,” bebernya.
Dalam hal latihan, Wanda menjelaskan, Sukhoi kerap melakukan latihan intersep, yaitu mencegat pesawat. Misalnya pesawat Batik Air. Dalam latihan ini, penumpang pesawat itu bahkan senang melihat Sukhoi dari dekat. “Mereka juga berkesempatan untuk mengambil foto dan video dengan jarak yang sangat dekat. Kami juga sambil melakukan sosialisasi tentang prosedur intersep, hal ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa takut,” tuturnya.