“Namun, yang perlu dilihat bukanlah besaran jumlah penduduk, namun besaran modal dan sumber daya, kapasitas pendanaan, serta pertumbuhan di masa depan,” ujar Iwan Sunito.
Menukil data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), total penduduk Indonesia hingga semester I2024 mencapai 282.477.584 jiwa.
Sementara itu, berdasarkan sebaran per provinsi, jumlah penduduk terbanyak ada di Pulau Jawa dengan besaran 55,93 persen (157.393.610 jiwa), disusul Sumatera sebesar 21,81 persen (61.583.691 jiwa), Sulawesi sebesar 7,36 persen (20.783.350 jiwa), dan Kalimantan sebesar 6,18 persen (17.454.078 jiwa).
“Kita melihat, pada tahun 1960-an terjadi gelombang imigran dari Lebanon dan Vietnam ke Australia, kemudian gelombang investasi dari Hong Kong ke Australia pada tahun 1996. Juga melihat gelombang investasi Korea ke Australia dan saat ini gelombang imigran dari China ke Australia terjadi sejalan dengan semakin makmurnya negara tersebut,” paparnya.
Menurut Iwan Sunito, kini sudah saatnya Indonesia belajar cara tumbuh secara global. Mungkin ini akan menjadi proses belajar yang terlambat, tetapi setidaknya kita sudah memulainya.
“Sudah saatnya Indonesia belajar cara tumbuh secara global,” katanya.
Investasi Indonesia ke Australia pertahun sebesar AUD2 miliar, atau dua kali lipat dari investasi Australia ke Indonesia yang hanya AUD1 miliar. Dan angka tersebut akan terus bertumbuh.
Dia memberi contoh, peminat dari penawaran perdana saham One Global Retail yang melonjak hingga tiga kali lipat, menjadi bukti nyata kekuatan investasi Indonesia termasuk diaspora Indonesia di pasar global.