FAJAR, MAKASSAR – Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Sulsel kesulitan mengejar realisasi pembangunan perumahan. Itu karena proses perizinan yang rumit.
Akibatnya, pembangunan cenderung tertunda. Hal ini berdampak pada target yang dicanangkan, bahkan cenderung gagal menuntaskan 100 persen di akhir tahun.
Ketua APERSI Sulsel Yasser Latif mengatakan pihaknya mendapat kuota 15 ribu unit untuk pembangunan unit perumahan tahun ini, baik subsidi maupun nonsubsidi. Akan tetapi, realisasi hingga Juli ini belum mencapai 60 persen.
”Masih jauh, bahkan belum 60 persen. Itu karena proses perizinannya sulit, berbelit-belit dan lama. Makanya tahapan membangun juga mundur,” ujarnya kepada FAJAR, Senin, 29 Juli 2024.
Sejauh ini APERSI membagi lima kawasan di Sulsel. Masing-masing Mamminasata, Bosowasi, Ajatappareng, Tobasi, juga wilayah Bone dan sekitarnya. Kelima wilayah tersebut, kata dia, dibagi supaya ada pemerataan pembangunan di Sulsel. Juga lebih mudah dalam menyediakan stok perumahan.
Namun, dari lima wilayah itu Mamminasata plus Maros menjadi wilayah paling banyak unit pembangunannya. Kemudian Ajatappareng di urutan kedua.
”Mamminasata sama Ajatappareng mendominasi, sekitar 60 persen dari total kuota. Tetapi Mamminasata sekitar 30 persen lebihlah, masih paling di atas,” ungkap anggota DPRD Kota Parepare.
Yasser berharap, untuk tahun-tahun berikutnya pemerintah bisa memberikan akses layanan yang lebih mudah. Kemudian kuota yang diberikan juga bisa lebih banyak. ”Ini kan kuota habis, jadi tidak bisa lagi ditambah. Apalagi bank sulit kasih kita kalau kuota habis. Kami kan gandeng semua bank pemerintah sebagai rekanan,” tuturnya.