Contoh lain dari praktik meremehkan mutu ialah mensitasi karya orang lain tanpa mencantumkan halaman, atau paling banter hanya nama penulis dan tahun terbitnya. Memang ada sebagian penerbit yang menerapkan cara ini. Tetapi, bagi pembaca yang kritis, cara ini sangat menyulitkan untuk memeriksa sitasinya, apakah cara dan isinya sudah benar? Dalam konteks ini, karya yang baik ialah ketika pembaca dapat memverifikasi data atau acuannya sehingga tumbuh atmosfir akademik yang sehat di antara penulis.
Tetapi, kadang juga ada penulis yang setelah berhasil melacak karya pertama, ia tidak lagi merujuk karya kedua. Ia langsung merujuk karya pertama, seolah-olah dia sendiri yang menemukan karya pertama. Padahal, sebaiknya ia merujuk kedua karya tersebut secara bersamaan agar dia tidak dianggap menerabas karya penulis lain. Singkatnya, setiap penulis harus mengutamakan kejujuran ilmiah dan apresiasi terhadap hasil kerja penulis sebelumnya.
Usaha menjaga mutu karya ilmiah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, baik editor maupun penulis. Jangan karena ambisi pribadi untuk memperbanyak jumlah sitasi, semua langkah dilakukan, sehingga merugikan orang lain. Kita berharap bahwa praktik mentalitet menerabas dan meremahkan mutu tidak berlanjut demi menjaga kesehatan atmosfer akademik di Tanah Air. (*/)