English English Indonesian Indonesian
oleh

Menerabas demi Sitasi

Menerabas

Apa yang dialami penulis tersebut mungkin juga terjadi pada penulis lain. Kalau praktik ini terus terjadi, lalu apa gunanya mempelajari kaidah penulisan ilmiah. Apakah kaidah itu hanya untuk diketahui tanpa peduli atau bertanggung jawab untuk dipraktekkan dalam kehidupan akademik.

Masalah ini mengingatkan kita pada apa yang ditulis oleh Bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat (1923-1999), dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (1974), bahwa salah satu mentalitet manusia Indonesia adalah “mentalitet yang suka menerabas”. Ini adalah mentalitet yang bernafsu untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan untuk berusaha dari permulaan secara selangkah demi selangkah. Lebih lanjut Koentjaraningrat mengatakan bahwa, mentalitet menerabas merupakan akibat dari mentalitet yang meremehkan mutu. Mentalitet ini pada dasarnya dapat disamakan dengan “mentalitet mencari jalan paling gampang”.

Koentjaraningrat (1974) juga menulis bahwa “… tampak terlampau banyak pegawai junior yang mau saja mencapai fasilitas-fasilitas pangkat-pangkat atasan secepat-cepatnya dengan cara-cara menerabas, tanpa kerelaan untuk berkorban dan berjuang melawan kesukaran-kesukaran dalam hal mencapai suatu keterampilan dan kepandaian ilmu yang diperlukan [p.51-52]”.

Apa yang dilakukan oleh editor tersebut, menyitir argumen Koentjaraningrat, adalah contoh praktek mentalitet menerabas atau mencari jalan paling gampang untuk meningkatkan jumlah sitasi. Betapa tidak, sekarang jumlah sitasi menjadi alat ukur keterbacaan atau keterjangkauan karya seseorang kepada pembaca. Karena itulah, sebagian kalangan melakukan apa saja demi meningkatnya jumlah sitasinya.

News Feed