English English Indonesian Indonesian
oleh

Dampak Pola Asuh Otoriter pada Perkembangan Anak

Orang tua otoriter sering menggunakan hukuman fisik atau ancaman sebagai cara untuk mengendalikan perilaku anak, dan mereka mungkin tidak memperhatikan atau menghargai pendapat dan perasaan anak-anak mereka.

Telah Terjadi

Salah satu contoh kasus yang terjadi pada seorang anak berinisial (I) berusia (-+21) karena ia memiliki orang tua dan kakak yang perfeksionis. Ia harus mengikuti aturan ketat yang berlaku. Penekanan parenting otoriter juga diterapkan dalam meraih pencapaian.

Bahkan saat ia berusia 18 tahun, dalam penerimaan jalur PTN (Perguruan Tinggi Negeri) ia gagal lulus dalam enam kali percobaan. Seluruh keluarganya yang perfeksionis menganggapnya sebagai seorang yang gagal. Ia kehilangan kepercayaan diri, tekanan, cacian karena tidak seperti kakaknya yang berprestasi.

Bahkan setelah ia berusaha menempuh jalur lain dan lulus di salah satu jurusan, ia tetap dianggap gagal. Katanya, jurusan apa itu? Mau jadi apa kamu di sana?

Dari kasus yang terjadi di atas, anak-anak memiliki kemampuan luar biasa untuk meniru perilaku yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka. Terutama orang tua dan figur otoritas lainnya. Mereka juga seperti perekam yang sensitif, menyerap informasi dan pola perilaku dari lingkungan mereka dengan cepat.

Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk menjadi contoh yang baik dan memberikan model perilaku yang positif bagi anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara positif.

Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial, emosional, dan intelektual anak-anak karena mereka tidak diajari untuk berpikir secara independen atau mengekspresikan diri mereka dengan bebas. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung menekankan ketaatan dan kepatuhan sebagai nilai utama, tanpa memperhatikan pengembangan kemandirian atau pemecahan masalah anak-anak.

Penekanan Psikolog

News Feed