Oleh: Nurul Ilmi Idrus*
Debat Pilpres telah berlangsung tiga kali. Debat Capres kedua baru saja berlalu. Sejak debat pertama, kejelasan akan Visi (cita-cita) dan Misi (cara mewujudkan cita-cita) masing-masing pasangan memang sudah tidak jelas. Ini semakin rumit oleh waktu yang terbatas, sementara topik yang dibicarakan dan diperdebatkan tidak terfokus, sehingga tak satupun yang tuntas.
Setiap debat ada temanya, tapi setiap debat temanya cukup luas. Jika tema debat capres pertama (12 Desember 2023) adalah “Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga”, maka debat capres kedua (7 Januari 2024) bertema: “Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.” Tema kali ini diprediksi akan menjadikan Prabowo sebagai “bintang debat” mengingat bahwa ia adalah Mentri Pertahanan dan Keamanan.
Jika menyimak, baik debat pertama maupun kedua, ini seolah-olah menjadi panggung antara Prabowo dan Anies. Dalam debat kedua ini Prabowo banyak sependapat dengan Ganjar, tapi selalu bertolak belakang dengan Anies, dan itu ditekankan oleh Prabowo untuk menunjukkan bahwa ia seolah-olah “berteman” dengan Ganjar. Awalnya Ganjar menjadi “penengah” atas ketegangan antara Prabowo dan Anies. Tapi kemudian Ganjar turut “menyerang” Prabowo bahkan hingga debat berakhir. Harapan bahwa Prabowo akan menjadi “bintang debat” pupus, dan panggung debat justru menjadi panggung yang memilukan baginya. Anies dan Ganjar seakan-akan menjadikan Prabowo sebagai common enemy.